Seorang
ibu menjadi pujaan bagi seluruh orang di dunia ini. Ibu dianggap sebagai sebuah
mukjizat yang agung. Ia dijadikan sumber rujukan bagi seluruh penulis untuk
membuat dunia terperangah. Cinta kepada Ibu begitu membara, bergejolak, dan
membangkitkan. Ibu adalah satu-satunya wanita di dunia ini yang dimuliakan
melebihi lelaki manapun. Ia disebut-sebut dalam berbagai kitab suci sebagai
makhluk yang patut dicintai. Doa-doa kepada ibu laksana mutiara yang menerangi
jagat. Percayalah, kita selalu lebih banyak memuji ibu dari pada ayah kita.
Saya
menjumpai banyak foto keluarga yang menarik untuk saya paparkan. Dari sekian
banyak foto album keluarga, ayah kita terlalu sering tidak disana. Yang ada
hanyalah anda, kakak, adik, dan ibu. Kemanakah ayah? Ia yang memotret, ya,
tentu saja. Ia selalu rela untuk membuat bingkai yang indah buat foto-foto
kenangan kita dimana ayah selalu tidak berada didalamnya. Mengetahui foto-foto
tersebut, ketika kita berada di kamar asrama atau kamar kos, kita hanya
mengenang ibu yang ceria. Memeluk dengan hangat bersama saudara-saudaramu.
Ingatlah, ayah yang memotret keajaiban tersebut.
Memang
kita tidak bisa mendikotomikan keberadaan ayah dan ibu. Mereka berdua merupakan
sumber kehidupan yang telah disahkan oleh Allah secara langsung melalui
pernikahan dengan saksi yang juga ditetapkan-Nya. Namun, dalam perjalanan hidup
ini memang sosok ibu lebih mendapatkan perhatian dari pada seorang ayah. Sosok
ibu lebih moncer dari pada ayah. Sungguh posisi ayah telah direduksi menjadi
‘hampir tidak berguna’. Meskipun ketika dengan jernih orang-orang akan berkata
bahwa ‘ayah juga patut di hormati’, namun karena alam bawah sadar sudah terlalu
banyak mengkonsumsi kelebihan ibu dibandingka ayah, otomatis ketika disuruh
menjawab pertanyaan : siapakah yang paling kamu hormati? Jawaban terdepan
adalah ibu, kedua adalah ibu, ketiga adalah ibu, lalu keempat adalah ayah.
Masih ingat haditsnya? Ya, bahkan Nabi Muhammad mengatakan bahwa kedudukan ibu
lebih utama dari pada ayah.
Allah
Yang Maha Mengetahuipun menyebutkan bahwa Ibu lebih utama dari pada ayah. Di
dalam Al-Quran disebutkan banyak ayat mengenai keutamaan Ibu, diantaranya
adalah surat Al A’qaf ayat 15 yang berbunyi :
“Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada
ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri".
Karena
telah mengandung anak-anaknya dengan susah payahlah, Ibu mendapatkan kemuliaan
itu, dan juga karena itulah ayah tidak mendapatkan kemuliaan sebagaimana
disebut-sebut dalam Al Quran dan hadits Nabi.
Namun,
dari sisi yang berbeda ayah merupakan makhluk yang rela kehidupannya digantikan
dengan putranya. Satu-satunya penulis yang karyanya saya baca serta selalu
menyebut nama ayahnya adalah Andrea Hirata. Perlu pembaca ketahui bahwa saya
tidak hendak menghakimi bahwa ayah lebih utama dari pada ibu, tidak. Saya sadar
sepenuhnya bahwa Ibu memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak sejak di
kandungan hingga dewasa. Yang ingin saya utarakan dalam tulisan ini adalah,
betapa Ayah telah disisihkan dari kehidupannya.
Ayahlah
yang memberikan tempat terbaik dipundaknya ketika melihat arak-arakan perayaan.
Ia berdesak-desakan dikerumunan sedang kita dengan bangga duduk dipundaknya.
Kita leluasa untuk melihat pertunjukan dimana semua orang harus tertutupi
olehmu, dan kata ayahmu “dia anakku, dia hanya anak kecil”. Meskipun kemudian
ia tidak dapat melihat apa-apa, ia hanya aka bertanya kepadamu “Gimana?
Kelihatan apa nggak, nak?”. Ia selalu mendahulukanmu dari siapapun. Ayah adalah
sosok yang luar biasa.
Apakah
anda ingat ketika sakit? Ayah tidak pernah memanjakan anda bukan? Tapi ia tidak
pernah tidur sedetikpun karena khawatir kalau-kalau anda membutuhkannya. Anda
tidak tahu kalau ayah terus menunggumu diluar sambil merokok gelisah. Coba anda
berteriak, maka dalam satu detik ia akan berada disamping kepalamu dengan khawatir.
Ia juga satu-satunya orang yang melupakan keinginannya demi tercapainya
keinginanmu. Ayah juga yang bekerja keras untuk membayar SPP sekolah dan kuliah
kita meskipun kita tidak pernah menghitung berapa keruta didahinya. Ayah,
meskipun ia tidak mendapatkan uang dan hampir pasti di marahi oleh ibumu, ia
akan tetap pulang, bukan demi ibu tapi demi kamu.
Dan
yang paling menyenangkan adalah, ayah tahu bagaimana ayunan kita terbang tinggi
tanpa membuat kita merasa takut. Saya akan mengenang bagaimana ayah mengajariku
memasak dengan rumus-rumus racikan bumbu yang tidak pernah ibu ajarkan : “nak,
setiap memasak, bumbu pokoknya adalah bawang merah, bawang putih, lombok,
garam, dan penyedap”.
Jika
tidak ada ayat Al Quran atau Hadits yang menerangkan keunggulah seorang ayah,
maka saya akan membuatkan puisi untuknya.
lelaki-lelaki
tua
:
ayahku
lelaki tua bergegas pergi. hitam takdirnya
menuntun ke pelosok sambil memesan segelas kopi, matanya tak berhenti.
:dimanakah kutemukan wajah-wajah kesakitan?
ditelusurnya sunyi yang dirasakan setiap lelaki
sebaya, juga pemilik warung yang lelah menatap ke arahnya. :disini tak kau
temukan orang-orang, mereka seperti pecandu yang hidup dibawah bayang-bayangnya
sendiri. mereka juga enggan pulang sepertimu.
didadanya ketakutan membayang bagai uap panas yang
meletus, ia terkoyak, tapi terpaksa berjalan tuk mengejar orang-orang yang
berkeluh ;betapa sakitnya hidupku, oh luka-luka dan tikaman dari diri sendiri.
18 Februari 2012
0 comments:
Posting Komentar
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.