|
Haull Truck yang mampumemuat 310 ton batu tambang |
Tepat ketika cuaca
sedang panas-panasnya di Timika, wartawan Cenderawasih Pos mendarat dengan
selamat di bandara Mozes Kilangin. Cuaca panas bukan hanya karena matahari,
tetapi juga karena sedang terjadi konflik sosial yang sempat menghilangkan
beberapa nyawa dan membuat belasan warga lain terluka.
Setelah menunggu
setengah jam di bandara, seorang staf Corporate Communication (Corcom) PT Freeport
Indonesia datang sambil bertanya dengan sopan, dia adalah Kare Tulungan yang
nantinya akan menjadi seamcam tour guide bagi wartawan. Setelah
berbasa-basi sejenak, kami langsung berangkat menuju Kota Tembagapura, sebuah
kota yang bisa dikatakan sentral pemukiman karyawan perusahaan PT Freeport
Indonesia.
Untuk masuk ke Kota
Tembagapura, kami harus didaftarkan terlebih dahulu guna mendapatkan kartu universal yang berfungsi sebagai
alat transaksi, id pengenal, juga kartu untuk mendapatkan segala jaminan sebagaimana
karyawan PT Freeport Indonesia. Berbekal kartu itulah, kami memasuki sebuah
kendaraan yang mirip dengan bus kota, namun kepala bus lebih mirip dengan truk
sehingga di kalangan wartawan menyebutnya sebagai bustruk.
Di dalamnya bustruk
tersebut persis sama dengan bus pada umumnya di Pulau Jawa. Yang kelihatan aneh
dan membuat penasaran adalah di dalam bus itu dikelilingi oleh semacam lempeng
besi berwarna hitam yang berfungsi untuk anti peluru. Kata Karel, guide kami,
itu bukanlah lempengan besi namun serat kayu dengan kerapatan tingkat tinggi
sehingga memiliki bobot ringan namun mampu menjadi pelapis anti peluru.
Penggunaan bustruk anti
peluru tersebut dapat difahami karena beberapa waktu silam, kendaraan milik
Freeport tersebut sempat diserang oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab
sehingga menimbulkan korban. Penembakan yang terjadi di wilayah pegunungan juga
terjadi di jalanan menuju PT Freeport Indonesia itu. Tak pelak, perusahaan yang
menginginkan seluruh karyawan dan siapapun yang hendak menuju Freeport aman,
membuat lapisan anti peluru dan anti panah di dalamnya.
Saking amannya
perjalanan tersebut, beberapa karyawan yang kebetulan satu bustruk sama
Cenderawasih Pos, pulas tidur mendengkur. Karel kemudian banyak bercerita
mengenai PT Freeport Indonesia hingga kelelahan menyerang kami semua dan
tertidur sebagaimana karyawan PT Freeport yang lain.
Perjalanan yang lebih
dari tiga jam ke Tembagapura tersebut diiringi oleh rintik hujan yang semakin
lama semakin deras. Pukul 15.30 WIT kita sampai di Tembagapura dengan
ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sementara kabut
sudah memenuhi kota, gerimis terus mengguyur, dan angin menjadi semakin dingin.
Jaket yang tebal sangat berguna di Tembagapura, terutama jika dilengkapi dengan
jas anti hujan.
Ternyata hujan tersebut
tidak juga bergenti hingga tengah malam, begitupula cuaca yang sembab dan
dingin. Baru dua tiga jam berhenti, gerimis atau hujan lebat akan datang lagi
sehingga membuat suasana kota menjadi seperti terus menerus tertidur. Padahal
sebagaimana diketahui, perusahaan yang baru saja menandatangani kontrak karya
dengan Pemerintah Indonesia ini memiliki ribuan karyawan yang bekerja 24 jam
sehari dan 7 hari seminggu dengan shift yang terjadwal secara teratur.
Hal itu terbukti dari
banyaknya karyawan yang tiba di apartemennya pada pukul 23.00 WIT sementara
karyawan lainnya baru berangkat bekerja. Banyak pula yang baru pulang pada pagi
dini hari, sedangkan karyawan yang lain juga berangkat pagi-pagi. Menurut
Karel, setiap shiftnya,karyawan akan bekerja selama 8 jam saja lalu pulang
untuk istirahat dan diganti dengan karyawan yang lain. Ini membuat efektivitas
pekerjaan di PT Freeport Indonesia terjaga sehingga produksi akan tetap
berjalan kontinyu.
Setelah beristirahat,
malam sekitar pukul 20.00 WIT kami makan bersama dengan karyawan PT. Freeport
Indonesia di suatu tempat luas yang disebut Karel sebagai Messhall. Untuk masuk
ke dalamnya, kami cukup menscan id
card bertuliskan Visitor ke scanner lalu bisa makan sepuasnya dengan berbagai
macam pilihan menu. Yang unik, selesai makan, kami harus membawa piring dan
gelas masing-masing menuju tempat pencucian, membuang sisa makanan dan minuman
ke tempat sampah, baru memberikan piring dan gelasnya ke petugas kebersihan.
Meskipun hujan masih
terus turun hingga kami kembali ke apartemen, untungnya, pagi-pagi saat kami
siap untuk bertualang ke Grasberg, hujan benar-benar berhenti. Pegunungan yang
ada di Tembagapura tampak indah dan menawan, terutama puluhan sumber mata air
yang muncul begitu saja dari bebatuan gunung di tempat yang tinggi sehingga
membentuk air mancur.
Perjalanan menuju
Grasberg ini menggunakan kendaraan yang sama dengan bustruk model pertama (anti
peluru), namun tanpa serat kayu anti peluru yang menghalangi pandangan. Ada dua
jenis kendaraan yang digunakan untuk operasional sehari-hari di Tembagapura,
yaitu bustruk dan sebuah mobil biasa bermuatan lima orang. Dengan bustruk
itulah kami memuncak ke Mile 74 yang berketinggian 2.800mdpl dan memang hanya
bisa sampai di sana.
Usai naik bustruk model
kedua, kami kemudian memasuki sebuah kamar yang dikelilingi oleh kaca tembus
pandang. Beberapa saat, ruangan tersebut bergoyang ke kanan dan kekiri, lalu
pelan-pelan meluncur menunggu ketinggian 3.500mdpl. Dari sana, bustruk kami
diganti lagi dengan bustruk yang lebih berwarna putih susu. Bustruk inilah yang
akan membawa kami menuju Grasberg Mince yang berada di ketinggian 4.265mdpl.
Dalam perjalanan menuju
ke tempat tertinggi yang dioperasikan oleh PT. Freeport Indonesia inilah kami
disuguhi oleh operasional kendaraan super raksasa yang bahkan bisa menampung
bebatuan hingga berat total 310 ton. Kendaraan truk ini bergerak lincah seperti
robot-robot luar angkasa dalam film Transformer yang dikendalikan oleh seorang
supir yang dididik di Institut Pertambangan Menangkawi.
Tepat
pukul 09.00 WIT kami sudah sampai di Grasberg Open Mine, atau Tambang Terbuka
Grasberg yang telah dioperasikan oleh PT Freeport Indonesia sejak akhir 1989
dan akan ditutup pada akhir 2016, dua tahun lagi.
*oleh Fathul Qorib, Juli 2014, dimuat oleh Koran Cenderawasih Pos
emg messhall bs dmasuk ii id visitor
BalasHapus