Kita berjalan di atas catwalk
bersama-sama sambil memainkan peran masing-masing, lalu kita menyebutnya hidup.
Seseorang terlihat bahagia, seseorag terlihat sedih, dan seseorang terlihat
cuek dengan hidupnya. Namun sejatinya mereka semua adalah “terlihat”, bagaimana
kejadian yang sebenarnya hanyalah dia, sahabatnya, dan Allah yang tahu. Kita
bahkan lebih sering memberikan kesan
bahagia kepada orang lain dari pada kesan bahagia terhadap diri kita sendiri.
Ini adalah kebutuhan manusia untuk diaggap
sukses, yang kemudian mereka berharap dengan anggapan itu, mereka akan
lebih di hormati, diperhatikan, dan ditaati. Semua itu merupakan upaya untuk
menyembunyikan diri dari orang lain, dan tidak jarang, kita juga mencoba
menyembunyika diri kita dari diri sendiri, upaya ini disebut sebagai diam.
Teman saya –biasa saya panggil Ny
Robinson- adalah salah orang yang saya hormati. Dia memiliki kehidupannya
sendiri dan seringkali membuatku tercekik, tersenyum, bersedih, bahagia, dan
juga merasa aneh (lebih sering yang terakhir). Kita bisa menyebutnya orang yang
aneh (a weird person). Salah satu
keanehannya yang paling akut adalah diam. Ia suka berdiam diri seakan itu
adalah segalanya. Ia mencintai ke-diam-annya. Ia lebih banyak diam dari pada
semua yang pernah ia lakukan terhadap hidu itu sendiri. Pada suatu ketika, aku ngobrol dengannya lalu bertanya :
“Lagi apa?”
“Lagi diam”
“Berarti tidak ada kerjaan? Kenapa tidak sms aku?”
“Kalau aku sms kamu, berarti saya tidak ingin diam”
“Apa sih enaknya diam?”
“Nggak ada, nggak enak. Tapi aku nggak tahu untuk tidak menjadi diam”
15.10.2012
16:43
Yang mengerikan adalah bahwa dia
tidak bisa memilih yang lain kecuali diam. Mari kita yakiini dahulu bahwa
kegiatan diam ini tidak hanya dialami oleh teman saya tersebut. Bahkan diri
saya sendiri yang ketika melakukan perjalanan di hidup ini sering kali
bertanya, sering kali merasa, sering kali terkejut, lalu saya berdiam diri
untuk menikmati semua itu. Begitu juga anda bukan? Kadang kala kita diam sambil
membaca sebuah puisi, lalu kita menangis. Kadang kita diam sambil merenung,
lalu timbullah semangat dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Kadang kala
kita diam, dan hanya diam, lalu tiba-tiba menangis tanpa tahu sebabnya.
Diam tersebut merupakan usaha
untuk membohongi diri sendiri. Kita tahu banyak kejadian yang tidak sesuai
keinginan namun kita tidak bisa melakukan apa-apa. Ada orang yang kita cintai
tapi kita tidak sanggup menjadi pantas untuk meminangnya. Ada kesedihan yang
dialami orang lain dan kita ingin sekali menolong mereka tapi kita tidak
sanggup. Kesemua hal tersebut akan menimbulkan kesedihan, alih-alih membohongi
diri sendiri, kita memilih diam. Dengan diam itu kita bisa melakukan segalanya,
dan lebih dari cukup untuk sekedar merenungi, memotivasi diri, dan memecahkan
persoalan meskipun hanya sebatas pikiran.
Makna diam
Diam adalah sebuah sikap fisik.
Dari yang saya bayangkan mengenai teman saya ataupun juga para pertapa, bahwa
mereka berdiam hanyalah secara fisik. Jadi jika kita ingin mengatakan bahwa
diam itu tidak bergerak dan tidak berfikir, itu jelas salah. Bahkan beberapa
orang yang kita katakan pendiam juga sebenarnya berfikir lebih banyak dari
kita. Hal ini bisa kita lihat kejiwaan seseorang berdasarkan karakter
prikologisnya, namun disini, bolehlah tidak usah kita bahas.
Namun apa yang kita fahami
tentang diam selama ini masihlah berkutat pada penghakiman bahwa diam itu tidak
membawa manfaat. Kita menganggap dengan berdiam diri, seseorang tidak akan
mendapatkan kehangatan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Memang, jika
itu dilihat secara fisik, diam membawa mudharat ;tidak adanya komunikasi dengan
orang lain dalam waktu tertentu bahkan membuat penyakit psikologis tertentu. Bahkan
yang sering kita menyebut mereka sebagai psikopat, atau yang lebih umum adalah
orang aneh.
Menjadi diam tidak melulu putus
komunikasi. Beberapa orang memang pendiam, namun mereka memiliki dunia yang
tidak dimiliki oleh orang lain. Seperti teman saya diatas, dia berdiam diri di
kamarnya, lalu sambil mematikan lampunya dia duduk di pojok ruangan sambil
berfikir banyak hal –saking banyaknya sampai dia tidak ingat satupun. Dia
memiliki dunianya sendiri.
Memang ketika kita tengah diam,
kadang kita merasa ada kenikmatan yang tidak bisa di ungkapkan, sekaligus
kesakitan yang sangat. Hal ini hampir sama dengan diam-nya orang yang sedang
putus cinta, dia akan jadi pendiam, penyendiri, lalu mulai teringat-ingat kisah
cintanya, tentang si dia, tentang harapan dan kebahagiaannya, lalu teringat
bagaimana kekasihnya menyakiti hatinya lalu mereka putus. Di balik diam-nya,
tersembunyi rasa nikmat yang menghubungkan pikirannya dengan masa lalu, tapi
secara bersamaan timbul penyesalan dan rasa sakit yang luar biasa.
Bagaimana dengan ungkapan bahwa
diam itu emas? Memang, diam itu emas jika kita mengaturnya dengan baik. Karena
dengan sedikit bicara (diam) kita akan banyak mendengar, dengan banyak
mendengar kita akan banyak berfikir, dengan banyak berfikir, kita akan semakin
bijak. Tapi tidak semua orang memahami bahwa ketika diam itu dikatakan emas,
bagaimana kalau bicara baik?
Sudah jelas dalam sabda Nabi
Muhammad, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia bicara
yang benar, atau diam”. Maka, jika kita mampu berbicara yang baik, mampu
menguasai ilmu kalam sehingga bisa menyadarkan banyak orang, bisa membela agama
Allah, maka tentu saja, tidak ada yang lebih tinggi dari pada bicara tentang
itu semua. Ketika kita bicara hanya untuk melecehkan diri sendiri, maka kita
semestinya diam –atau kita dianggap tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.
Akhirnya, diam itu memiliki
berbagai macam versi. Karena diamnya seorang perempuan atau laki-laki kepada
pasangannya juga merupakan diam dalam wacana yang berbeda. Begitu juga diamnya
orang yang ngambek, diamnya orang
bisu, diamnya orang yang sedang marah, diamnya orang pemalu, dan diamnya orang
yang tidak punya kepercayaan diri untuk bicara. Banyak hal dalam ke-diam-an.
Dan lebih banyak lagi yang tidak kita ketahui mengapa teman saya diatas,
menyukai diam.
Saya ada kalimat menarik, baik ini ku ucapkan kepada temanku diatas, dan kepada semua pembaca; “if what you see by the eye doesn’t please
you, then close your eyes and see from the heart. Becouse the heart can see
beauty and love more then eyes can ever wonder”.
October, 19 2012
0 comments:
Posting Komentar
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.