2016-01-23

Selingkuh


Ada beberapa kenyataan dalam hidup ini yang mengalir begitu saja. Misalnya, orang tua kita yang sudah tidak memiliki rasa cinta sama sekali, tetapi terpaksa harus hidup berdua selamanya. Banyak pula yang tak terelakkan, yaitu perselingkuhan. Yakinlah, bahwa perselingkuhan terjadi –baik dalam pacaran atau pernikahan- salah satunya disebabkan kebosanan yang sudah akut. Bila pasangan merupakan orang yang tidak membosankan, mustahil ia akan keluyuran mencari mangsa.

Kenyataan-kenyataan seperti ini, lebih sering terungkap dalam diskusi kecil antar lelaki atau antar perempuan. Meskipun semua orang harus menyembunyikannya karena hal ini adalah tabu, tapi banyak juga yang melakukannya. Selingkuh adalah tabu. Dan dosa pastinya. Karena itu, kebanyakan dari kita adalah orang yang munafik. Dalam istilah barat dinamakan hipokrit. Kita bisa berlagak bersih, padahal bbm dan wa kita penuh dengan sampah rayuan.

Temanku seorang perempuan, tidak memiliki wajah yang menarik, tetapi menimbulkan kekaguman karena hal-hal di luar perhitungan fisik. Otomatis banyak lelaki yang jatuh hati, atau minimal menunjukkan tanda-tanda dengan rayuan mautnya. Temanku sudah menikah, punya anak-anak yang lucu, dan suami yang ganteng lagi bijaksana. Untungnya, hubungan mereka baik-baik saja sehingga kemungkinan perselingkuhan oleh temanku ini hampir tidak akan terjadi.

Tetapi, temanku yang perempuan ini terlalu banyak memiliki fans. Tidak jarang fans ini merajuk seperti perjaka yang sedang jatuh cinta, padahal mereka memiliki istri cantik dan anak lucu di rumah. Otomatis, temanku ini kebingungan setengah mati. Selesai satu lelaki, lelaki lain mendekati. Sebagai ibu rumah tangga yang baik, hal ini menggelisahkan. Karena seringnya, dicintai oleh orang yang tak kita cintai itu lebih sulit, dari pada mencintai seseorang yang tak mencintai kita. Rasakan deh!.

Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena kebosanan itulah. Maka dari itu, beruntung sekali bisa seseorang diciptakan menjadi humoris. Dengan menjadi humoris, kita akan lebih menarik orang untuk mengenal, dan setelah mengenal, tidak akan ada rasa bosan. Bahkan orang humoris sering membuat kekangenan beberapa orang, karena tanpa orang yang humoris, suasana akan sendu dan pilu. Tapi sebagaimana semua teori, di sini pun ada pengecualian. Karena orang yang humoris dan menakjubkan di hadapan orang lain, ada yang tak berdaya saat berada di rumah.

Fahami

Selingkuh merupakan hal yang menakjubkan. Ia menggairahkan. Ia mendebarkan. Ia yang ditunggu-tunggu. Selingkuh adalah hal yang memompa semangat baru. Seorang yang tak pernah bangun pagi akhirnya bisa bangun dini hari. Orang yang biasa tidur larut, akhirnya bisa tidur awal karena pagi-pagi harus janjian. Karena itu, orang yang selingkuh akhirnya bisa terdeteksi karena ia mengubah tingkah laku secara drastis. Persis seperti remaja tanggung yang sedang belajar mencintai anak tetangga.

Orang yang suka selingkuh, bisa dicurigai punya kecepatan rasa bosan yang di atas rata-rata. Dalam ilmu psikologi, orang yang mudah bosan digolongkan dalam kategori kepribadian Sanguinis. Padahal dalam tubuh orang yang sanguinis ini, tertanam pula seorang yang humoris. Sehingga ia laksana orang munafik lainnya, mudah membuat orang suka padanya, tapi ia mudah meninggalkan orang-orang karena cepat bosan.

Jadi kelebihan orang sangunis ini, dia pribadi yang supel, humoris, easy going, dan ekspresif. Dengan kombinasi seperti ini, dia akan mudah disukai oleh setiap orang. Karena dia juga punya rasa ingin tahu yang besar sehingga bisa memimpin pembicaraan, yang akan membuat orang langsung mudah akrab dan nyaman kepadanya. Sayangnya, ditanamkan juga sifat mudah bosan dan cepat kehilangan antusiasme, bahkan egois.

Tetapi ilmu psikologi seperti ini, meskipun hasil penelitian dan diakui seluruh psikolog atau psikiater, belum tentu 100 persen benar. Mari kita menyikapi segala sesuatu dengan bijaksana. Setiap kita memiliki potensi untuk berbuat selingkuh, dan punya potensi menjadi orang yang paling membosankan. Jadi, kepribadian sanguinis, phlegmatis, koleris, ataupun kolaris, tidak semuanya harus plek seluruhnya.

Kadang kita punya kombinasi diantara beberapa kepribadian itu. Persis seperti sifat ambievert yang merupakan gabungan dari introvert dan ekstrovert. Karena itu, kita harus belajar menjadi pribadi yang tidak membosankan. Menjadi pribadi yang selalu menarik. Dan pula, kita harus belajar menerima segala sesuatunya sesuai dengan kadarnya. Kemunafikan hanya jalan kehancuran. Bila mendapati pasangan kita selingkuh, tabahlah. Bila memiliki pasangan yang membosankan, tabahlah.

Kembali ke kedua orang tua kita yang rela hidup bersama meskipun setiap hari ada pertengkaran kecil atau pun besar. Di sana ada tanggung jawab. Seseorang yang telah ikrar di depan penghulu untuk mencintainya sehidup semati, seharusnya bertanggung jawab atas janjinya itu. Bagaimanapun, apapun, asalkan tidak keluar dari jalan Allah, pantas dipertahankan. Bila memang tak tertahankan, mungkin Tuhan akan maklum, meskipun boleh dan dibenci setengah mati, selesaikan hubungan dengan baik.

Semua orang akan terluka, tapi semua orang pula menemukan obatnya.

2016-01-21

Diamput!

sepur nang singapura rodok penak tumpa'ane

Hal yang paling men-diamput-kan di dunia ini adalah pengen jadi orang lain. Bukan hanya soal wajah cakep, kekayaan, pekerjaan, atau bisa jalan-jalan wisata, tapi bahkan istri dan pacar orang lain juga pengen kita miliki. Istilah inggrisnya, rumput tetangga selalu lebih hijau. Bayangkan rumput kita yang sudah disiram tiap hari, ya tetap aja kering kerontang.

Memang pengen jadi orang lain bukan berarti kita kalah cakep atau kalah nasib baik. Soalnya, nasib itu nggak ditentukan oleh tuhan saja, tapi rupa-rupa usaha kita juga mempengaruhinya. Jadi persoalan pengen jadi orang lain itu bukan hanya soal enteng, tapi berat. Karena hubungannya jelas, harus dilihat dari berbagai sudut pandang, ya sosiologi, psikologi, ya vulkanologi, atau juga logi-logi yang  lain.

Nah masalahnya, kita harus bisa cepat menjadi orang lain. Kalau kita posisi jelek, bagaimana agar kita jadi ganteng, minimal nggak malu-maluin pas makan di Mc Donal atau kafe-kafe gaul. Kalau pas bokek, gimana caranya agar cepetan kaya. Kalau pas nggak punya pacar bahenol, ya gimana caranya agar dapat yang semok. Banyak cara bisa ditempuh, sayangnya kebanyakan kita goblok dan merasa oke dengan kegoblokan sendiri.

Jadi bagaimana agar bisa berubah menjadi orang lain?

Seorang ideolog pesohor, Marx, telah membagi kita semua dalam tiga kelompok besar. Yakni pemodal, buruh, dan pemilik tanah. Gaya hidup masing-masing orang ini berbeda. Kenapa berbeda? Karena yang dimiliki seseorang berbeda satu dengan lainnya, terlepas bahwa sifat kita sebagai individu juga sangat berbeda –yang akhirnya akan membedakan tingkah laku kita pula.

Seorang pemodal, akan lebih memikirkan bagaimana cara mempertahankan semua kondisi apa seperti sedia kala. Jadi pemodal yang memiliki uang banyak, yang dalam terminolog Marx disebut borjuis ini, punya gaya hidup manja atau memanjakan orang lain. Hal inilah yang mungkin kita anggap kehidupan gemerlap dan flamboyan. Kita pengen seperti orang itu. Padahal ya uang kita, diamput, pas pasan banget.

Menurut pengikut Hegel (hegelian) yang revolusioner ini, seorang pemodal akan berfikir bagaimana mempertahankan status quo, alias status nggak jelas, dari semua yang ada. Dengan begitu ia akan aman. Karena pemodal yang memiliki aset dimana-mana sangat benci dengan perubahan. Perubahan yang mengarah ke politik dan sosial, akan mempengaruhi perusahaannya sehingga kemungkinan rugi besar akan terjadi.

Pemikiran seperti itulah yang terjadi, sehingga saat Wali Kota atau Bupati turun ke lapangan, semua pemodal akan menyambutnya seakan-akan dia adalah dewa. Sebab, ditangan pimpinan daerah inilah segala ijin brengsek mereka dikabulkan. Kalau pimpinan daerah diberikan priviledge tertentu, semua pekerjaan akan aman. Keuntungan akan mengalir ke kantong pemodal terus menerus.

Sementara buruh, berfikirnya ya seperti kita ini. Progressif dan revolusiner. Progressif berarti punya pikiran ke depan yang lebih baik, sedangkan revolusioner berarti menghendaki perubahan secara menyeluruh dan mendasar. Ingat, menyeluruh dan mendasar, tapi dengan tujuan ke depan yang lebih baik. Itu yang musti kita pegang, karena saya yakin yang membaca tulisan ini adalah kaum buruh semua. Diamput kan?.

Dengan pemikiran seperti inilah, Marx sangat yakin bahwa suatu perubahan besar hanya akan terjadi ketika buruh bersatu. Dalam konteks Indonesia, perubahan terbesar karena para pemudanya, yang punya pemikiran progressif dan revolusioner pula. Maka jangan heran, pemuda dan buruh itu mirip-mirip seperti saudara. Tapi bila ada buruh namun masih muda, kemungkinan Marx akan senang setengah mati berkawan dengan orang itu.

Lalu apa hubungannya dengan menjadi orang lain? Ya itu. Pembagian peran. Bila kita ingin hidup seperti seseorang, berperanlah seperti dia. Peran yang dimaksud di sini adalah peran sosial yang seseorang itu mainkan. Bila kita iri dengan kehidupan seorang birokrat, bersiap-siaplah menjadi PNS. Kalau kita ingin hidup bebas dan bisa pergi ke mana saja, maka berhentilah jadi buruh sekarang juga. Jadilah pengusaha, terus jadilah backpacker.

Karena masih menurut Marx dalam Materialisme Dialektika-nya, yang menentukan semua ini adalah kelas-kelas sosial. Bila kelas sosial kita rendahan atau proletar atau kasta waisya dan paria, bersiaplah terus dihisap oleh pemodal. Jelas bahwa kelas-kelas sosial ini bukan ada dengan sendirinya, tapi diciptakan, dikonstruksikan. Bahkan segala pemikiran kita (yang di dalam otak  dan hati) juga dikonstruksi oleh sesuatu di luar kita. Diamput.

Jadi, bukan kesadaran kita untuk menentukan keadaan sosial, tetapi sebaliknya, keadaan sosiallah yang menentukan kesadaran manusia. Lihat, betapa semunya kesadaran kita. Termasuk keinginan kita menjadi orang lain adalah semu. Jadi apa yang kau inginkan sekarang? Tetap ingin menjadi ornag lain? Ambillah peranmu, sekarang juga!.