Berbicara tentang pemuda dan prestasinya di tingkat dunia,
kita cenderung akan pesimis. Layaknya berbicara tentang pendidikan, olahraga,
kreativitas, dan teknologi, kesemuanya membuat pandangan langsung menunduk.
Padahal dalam sedetik kita searching di
mesin mencari internet, akan ditemukan banyak prestasi mengesankan yang diraih
oleh pemuda Indonesia dari tahun ke tahun.
Belum lagi 23 pemuda Indonesia yang masuk dalam Forbes 30 Under 30 Asia di tahun 2019
yang sukses membangun ekonomi digital, atau pahlawan olahraga yang mengharumkan
bangsa selama Asian Games 2018. Masih banyak alasan agar kita membanggakan
pemuda Indonesia dengan prestasinya yang luar biasa. Bahkan jika kita
memasukkan Nadiem Makariem dan Ahmad Zaki sebagai pemuda, maka betapa spektakulernya
pemuda Indonesia.
Banyak orang mengharapkan masa depan Indonesia gemilang
karena surplus demografi yang akan
diterima Indonesia di tahun 2030-2040 mendatang. Hampir 64 persen warga negara
ini akan berusia produktif -sebagian
besar pemuda- sehingga menjadi sumber tenaga dan pemikiran yang mumpuni untuk
membawa bangsa ini ke panggung dunia. Pertanyaannya sekarang apakah pemuda
sudah setangguh itu untuk diserahi tanggung jawab yang berat ini?
Jika melihat fakta prestasi pemuda boleh jadi optimisme
masih kuat terpegang. Secara akademis, banyak siswa berprestasi dalam kompetisi
science, musik, dan olahraga. Di
bidang teknis banyak pemuda Indonesia yang berhasil mengembangkan keilmuannya
di bidang big data dan analisisnya. Mereka menguasai berbagai pengetahuan yang
dapat diandalkan di masa depan. Meskipun jajaran menteri di Kabinet Indonesia
Maju tidak ada pemuda berusia di bawah 30 tahun, itu bukan alasan kualitas
pemuda Indonesia buruk.
Sebabnya, menteri adalah jabatan yang riskan karena
berhubungan dengan birokrasi dan politik sehingga pemuda minim pengalaman dikhawatirkan
mengacaukan sistem. Karena itu pemuda harus belajar di luar jalur-jalur mainstream agar kreatifitas, mental
kritis, serta jiwa kolaboratifnya terasah. Saat prestasinya sudah teruji, maka
boleh bagi pemuda berbangga menjadi menteri sebagaimana Nadiem dan Wishnutama.
Membayangkan Pemuda
Masa Depan
Menjadi pemuda di masa sekarang tidak cukup dengan
mengandalkan otot untuk berbuat banyak bagi dunia. Otot mungkin berguna bagi
pemuda ketika agrikultur dan revolusi industri 2.0 masih mendominasi angkatan
kerja Indonesia. Zaman berubah, otot sudah digantikan dengan otak yang bisa mengubah setiap peluang menjadi
keuntungan. Tidak perlu membuat produk sendiri untuk bisa berjualan barang dan
jasa.
Sekarang, otot dan otak sebagai modal utama pemuda tersebut
harus digabung-hubungkan dengan kreatifitas menciptakan peluang serta keluwesan
dalam menjalin kerja sama yang saling mendapatkan manfaat. Nama zaman ini
adalah ‘industri 4.0’ yang merupakan masa di mana teknologi informasi dan
komunikasi mengendalikan segalanya. Ilmu pengetahuan sekarang bergerak menuju
ke kolaborasi antar sektor, bukan lagi kompetisi.
Karena itu semua kerja-kerja menuju perubahan harus ditata
ulang agar bisa tetap berpartisipasi. Perusahaan sebesar apapun pada akhirnya
akan collaps jika enggan memanfaatkan
era disrupsi ini. Sebagaimana media massa yang berhenti cetak jika tidak
beralih ke konvergensi, maka seperti itulah sebuah pendidikan, kebudayaan,
olahraga, science, dan sosial, harus
mempertimbangkan disrupsi segala bidang.
Pemuda masa depan adalah pemuda yang sadar pola-pola
pendidikan di zamannya dihubungkan dengan karakteristik industri. Ketika masa
masih fase industri 3.0, sebuah perusahaan mencukupkan diri dengan otomatisasi
mesin-mesin produksi. Lembaga pendidikan mengajarkan pengetahuan menggunakan
teknologi semata untuk memudahkan proses pembelajaran. Penguasaan terhadap
teknologi penting, tetapi memahami pesan, memodifikasi dan mengarahkan pesan,
jauh lebih penting di era industri 4.0.
Maka di revolusi industri 4.0 ini pendidikan harus
memanfaatkan internet of things
(IoT), artificial intteligent (AI), cloud computing, dan virtual reality (CR) untuk setiap
pembelajarannya. Pemuda sebagai pemilik zaman harus menguasai berbagai
pengetahuan baru yang berhubungan dengan internet, data, dan algoritma, yang
tidak seberapa penting di masa 10 tahun lalu, tetapi menjadi penentu umat
manusia di lima sampai sepuluh tahun mendatang.
Karena itu, ketika Nadiem Makarim dipilih Presiden RI Joko
Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, satu hal yang diinginkannya
adalah link and match dunia
pendidikan dan dunia industri. Jokowi tampaknya memahami dampak industri 4.0
yang sekarang masih susah payah dibangun dalam sistem pendidikan Indonesia.
Nadiem tentu memiliki tugas berat untuk mewujudkannya.
Memperingati sumpah pemuda yang ke 91 ini, sebenarnya
tanggung jawab besar ada pada pundak pemuda. Selama ini pemuda dipuja-puji
sebagai generasi emas yang bisa mengangkat martabat Indonesia, memperbaiki
kualitas pendidikan, serta menjadi sumber daya manusia yang unggul. Pemuda
harus membantu tugas kementrian dalam mencapai padunya pendidikan dengan
industri.
Pemuda yang berusia 16-30 tahun sebagaimana UU No 40 Tahun
2009 sebagian besar masih sekolah dan kuliah di perguruan tinggi. Tanggung
jawabnya adalah mempelajari dengan sungguh-sungguh pengetahuan yang bisa
diterapkan di masa disrupsi mendatang. Perguruan tinggi yang menaungi sebagian
besar pemuda harus menyediakan pembelajaran yang bukan hanya mengakomodasi akademisi
mahasiswa, tetapi juga soft skill mereka.
Dengan kolaborasi antar sektor yang saat ini gencar di
lakukan beberapa startup buatan
pemuda Indonesia, maka optimisme terhadap pemuda di masa depan akan semakin
besar. Tantangannya tidak sederhana, tetapi pemuda selalu bisa menemukan solusi
yang bisa merevolusi cara bekerjanya agar tetap dapat berkontribusi aktif dalam
perkembangan dunia.
Selamat Hari Sumpah Pemuda. Bangunlah jiwanya, bangunlah
badannya, untuk Indonesia Raya!.
Penulis adalah Fathul Qorib., Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Tulisan ini telah dimuat oleh detik pada link : https://news.detik.com/kolom/d-4763871/pemuda-dan-puja-puji-di-era-disrupsi
0 comments:
Posting Komentar
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.