Orang-orang yang gelisah, bisa jadi adalah orang yang paling
sadar dalam berkehidupan. Ia terus berfikir,
terus menerus melihat ada yang tidak beres dalam dunia ini. Sementara
yang lain sibuk dengan pekerjaan dan cintanya, orang yang sadar ini sibuk
dengan memikirkan cara menyelamatkan dunia.
Ia menulis puisi, lalu berkelana. Ia membaca cerpen dan
buku-buku sastra yang tinggi bahasa hingga merasakan dunia yang sesungguhnya
merapat dalam sanubarinya. Orang-orang ini begitu yakin bahwa dunia bisa diubah
menjadi lebih baik. Bersama beberapa orang lain yang memiliki hobi yang sama,
ia merumuskan cara dan metode menyelamatkan dunia.
Lalu suatu ketika ia ditampar kenyataan. Menyelamatkan dunia
adalah misi impossible yang berada di awang-awang. Semua orang yang sadar akan
segera terbelalak karena dunia teramat bulat dan sukar dicari sudut-sudutnya.
Kesadaran mula, yang dimiliki oleh mahasiswa dan pemuda bisa tiba-tiba menjadi
kerdil saat ia keluar dari almamaternya. Dunia tampak congkak, dan butuh
kecongkakan yang lain untuk menindihnya.
Jadi apakah bisa seorang yang sadar ini mengalahkan dan
mengubah dunia?
Sudah lama kerendah hatian hanya menjadi bulan-bulanan.
Orang baik tidak melulu harus bersinderela. Tidak perlu lagi sinetron menuntut
laku kehidupan. Hanya sebuah pembodohan yang nyata. Kebaikan-kebaikan hanya berakhir dalam ruang
kosong, kejujuran menuju jurang, kerja-kerja kesenian yang pailit, tata kerama
yang baik menyelimpet kerja-kerja taktis dan tidak efektif.
Jaman kekakank-kekanakan ini, orang baik perlu kuat, perlu
pengikut sebanyak-banyaknya untuk meluluhkan kecongkakan dunia. Banyak
kesombongan yang tak perlu obat, bahkan menjadi candu. Bisa dilihat, bagaimana
cara mereka duduk di kafe-kafe dengan dompet menjerit. Orang-orang menakdirkan Minggu untuk berwisata dalam kepenuhan detik dan menit tiap harinya.
Sebetulnya, apa yang hendak kita perbuat untuk dunia ini?
Kesadaran, mengandalkan kesadaran hanyalah menindihkan luka di atas luka. Berlipat-lipat
kesadaran pun hanya akan menjadi pemuas saat menulis di blog lalu dibaca
beberapa orang. Kita musti berubah, menjadi manusia super yang dapat memegang
segala keangkuhan. Dengan begitu, keserakahan yang sudah lama berdiam dalam
dada manusia akan menemukan tandingannya.
Orang-orang akan menemukan perpektif baru lagi. Mereka yang
sudah punya kecenderungan serakah akan face to face dengan bangunan yang kokoh.
Sementara orang-orang yang sudah lama di warung kopi dengan keluh kesah khas
pemuda akan menemukan pahlawannya. Orang yang sadar, sekali lagi, orang yang
sadar lalu memiliki segalanya akan berubah menjadi hebat.
Tetapi tidak semua orang sadar adalah orang yang tangguh,
bukan? Ketangguhan adalah hal yang berbeda dengan kesadaran. Sementara sadar
adalah pekerjaan mental, ketangguhan adalah mental dan fisik. Orang yang sadar
bisa saja berfikir menyelamatkan dunia, tapi tidak ada jaminan bahwa ia akan
mampu menanggungnya selama bertahun-tahun.
Ketangguhan datang dari kesungguh-sungguhan. Sehingga tuhan
tidak menciptakan ketangguhan kepada setiap orang, karena kesadaran tidak
dibangun di atas kata-kata, melainkan perbuatan.
Membangun ketangguhan, itu peniting. Orang yang penuh
kesadaran lalu belajar tangguh, itu lebih penting lagi. Saat semua orang sadar menggeser
kursinya guna di pakai orang yang sombong, orang yang tangguh ini menggeser
kursi orang lain agar ia bisa duduk mewakili seluruh bangsa Indonesia. Tidak lagi
dengan kata-kata, bahkan kebenaran menunjukkan kekuasaannya dengan tindakan
yang tepat, terorganisir, dan terus menerus.
0 comments:
Posting Komentar
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.