Dunia semakin lama semakin
semakin sunyi. Rasa-rasanya manusia semakin gagap berinteraksi dalam dunia
riil. Ilmu komunikasi yang dipelajari di perkuliahan hanyalah teori dengan
kajian-kajian yang menitikberatkan pada koneksi antarpesan. Ia seperti memperdebatkan
sesuatu yang tidak perlu diperdebatkan. Siapa mengucapkan apa kepada siapa
dengan media apa dan bagaimana responnya. Kalimat milik Lasswel itu begitu
terkenalnya di dunia komunikasi hingga seluruh mahasiswa mampu hafalnya dengan
baik. Apa itu yang dinamakan komunikasi efektif? Tentu tidak selalu, bahkan komunikasi
efektif itu hanyalah isu ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai jasa
entrepreneur. Dimana-mana sekarang ada pakar ilmu komunikasi yang memberikan
seminar cara berkomunikasi yang efektif. Jelas-jelas itu proyek bisnis dari
para entrepreneur ilmu komunikasi muda.
Kegagapan cara berkomunikasi ini
memang fatal. Tidak ada satu teoripun yang dengan jelas menggambarkan bagaimana
cara berfikir komunikasi yang berlandaskan pada psikologis manusia itu sendiri.
Jika ada psikologi komunikasi, maka saya sangsi apakah itu benar-benar ilmu
yang mempelajari cara berkomunikasi yang berdasarkan psikologis komunikan.
Karena selama satu semester, saya hanya menjadi bulan-bulanan teori psikologi
dan teori belajar yang murni diajarkan untuk mahasiswa prodi psikologi. Ia
seperti pengantar, tidak kepada ilmu komunikasi, tapi lebih kepada psikologi.
Sehingga, saya agaknya bisa berdebat dengan mahasiswa semester lima di prodi
psikologi UIN Maliki ketika saya masih semester dua, dan saya memang telah
melakukannya dengan hasil “tidak memalukan”.
Saya mengangankan ada teori
komunikasi aktual yang menggabungkan sistem berfikir manusia sebagaimana yang
dipelajari di dunia Neuro Learning Program. Disana dibahas cara berfikir
manusia yang general hingga spesifik, dari otak kanan, otak kiri, hingga
aktivasi otak tengah. Inilah yang dicontohkan oleh para pesulap dan hipnotist
yang kerap hadir di televisi sekitar tahun 2010-2011. Mereka mampu menyihir
penonton dengan perkataan-perkataan yang berbasis pada neuropsikologi manusia.
Cara komunikasi mereka benar-benar tertata, mereka tahu mana yang harus
diucapkan, mana yang harus diberi penekanan, dan anggota tubuh mana yang harus
digerak-gerakkan agar penonton tidak menyadari bahwa keajaiban yang terjadi
hanyalah teknik belaka.
Kemudian, jangan sampai kita
membandingkan seorang doktor ilmu komunikasi dengan pesulap. Bahkan, jangan
sampai kita membandingkannya dengan sales panci
yang keliling di desa-desa. Saya yakin bahwa doktor itu akan melepaskan
pangkatnya diam-diam. Kemarin di acara StandUp Commedy, hadir seorang pakar
komunikasi UI sekaligus politikus Effendy Ghazali yang membawakan humor 10
menitan tanpa skenario. Saya tertawa geli sepanjang acara, bukan karena yang
dibawakannya lucu, bukan, tapi dia memaksakan melucu agar dianggap lucu,
jadilah saya menertawakannya. Saya telisik diri sendiri, sebagai orang yang
sama bidang kajiannya, saya juga malu. Dia sangat tidak sebanding dengan
Raditya Dika si penulis jorok tersebut. Apalagi pada saat yang sama, hadir
Sudjiwo Tedjo dengan lawakan ndesonya.
Mati rasalah apa yang dibawakan pakar komunikas tersebut.
Saya tidak bisa menjawab dimana
letak kesalahan mempelajari ilmu komunikasi. Bahkan sampai saat ini saya yakin
bahwa mahasiswa ilmu komunikasi adalah mahasiswa yang paling elit, mulai dari
teorinya hingga prakteknya. Ambil contoh teori –teori komunikasi massa, kita
mempelajari sebuah kesejatian. Kita diberi tahu apa itu realitas, representasi,
dan hyperrealitas. Teori-teori yang
diajarkan begitu memukau dunia yang telah dihuni manusia sejak 5 miliar tahun
ini. Selain orang komunikasi, tidak ada yang tahu mengenai bujuk rayu
periklanan, mengenai konsep kecantikan yang senantiasa berubah, juga mengenai
logika berfikir sebuah iklan ketika memasuki otak kita. Saya yakinkah kepada
anda, bahwa mempelajari ilmu komunikasi adalah mempelajari kemurnian dunia.
Dibalik kebusukan bisnis, politik, sastra, sosial, budaya, bahkan pendidikan,
disanalah komunikasi mengembangkan sebuah penyadaran kelas menengah –mahasiswa.
Lalu dibidang praktek komunikasi
juga tidak diragukan lagi. Orang-orang yang melihat seorang wartawan dengan
bermodalkan kertas lipat dan pulpen
akan sedemikian tertarik. Apalagi melihat cewek-cewek cantik serta
pemuda-pemuda casual yang
berseliweran dilokasi perfilman. Kemudian, orang-orang yang kemana-mana membawa
kamera DSLR atau handycam,
orang-orang pasti ingin tahu siapa dan apa. Ilmu komunikasi adalah sebuah
program studi prestise yang hanya ‘orang beruntung’ saja yang bisa masuk ke
dunia itu.
0 comments:
Posting Komentar
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.