Sebagaimana malam ini, seringkali
saya malah hanya ingin membaca sebuah puisi lalu meresapinya dalam-dalam.
Dikarenakan khayalanku begitu jauh dari mencerahkan, karena membaca membuat
saya diam mengaduh ;betapa banyak yang difikirkan oleh orang lain untuk
menggugah orang lainnya.
Malam ini saya membaca lagi,
lagi, dan lagi puisi Sapardi yang brjudul sajak
kecil tentang cinta. Saya ingin membicarakan cinta lagi, entah mengapa,
cinta benar-benar menjadi universal. Meskipun hati saya sedang dingin menerima
cinta, tidak sekalipun saya pungkiri bahwa hidup saya penuh dengan keajaiban
cinta. Karya-karya yang tercipta, pada awal-awal kehidupan saya total merupakan
hasil dari cinta saya yang besar kepada perempuan. Yah, saya adalah orang umum
yang gandrung menjadi penyair dadakan, sebagaimana Chairil (mungkin), atau
Pablo Neruda (mungkin).
Ketika kita membicarakan cinta,
maka kita akan membicarakan penyerupaan. Sering orang secara tidak sadar
mencintai seseorang yang sangat mirip dengan dirinya. Jadi seperti ini : Abdul
misalnya, mencintai Bunga (bukan nama sebenarnya) yang ketika bunga melakukan
hal-hal yang disukai oleh Abdul, maka Abdul akan berkata “dia benar-benar
belahan jiwaku yang hilang”. Atau ketika si cowok ikut sebuah organisasi,
sebutlah teater, maka si cewek itu akan diajak (dan si cewek juga ikhlas) untuk
menonton dirinya latihan teater, menonton pertunjukan tater, bahkan ada yang
sampai pasangannya ikut bermain teater. Inilah yang selama ini di fahami oleh para
remaja yang sedang hangat-hangat tahi ayam menerima pacarnya sebagai “someone special” yang rela melakukan
segalanya demi cinta. Ini bermakna bahwa, seorang kekasih menginginkan
penyerupaan total dari yang dikasihinya.
Jika penyerupaan itu gagal, maka si
kekasih dianggap tidaklah mencintainya. Kekasih dihabisi dengan hujan kesalahan
dari A sampai Z. Hal seperti ini sering terjadi pada cowok yang mencintai
ceweknya mati-matian, sehingga rela menemani les piano, ikut pelajaran
tambahan, ikut menemani belanja si cewek yang berjam-jam, ikut nge-gosip, lalu
ketika suatu hari si cowok tidak bisa ikut menemani ceweknya, maka cewek akan
marah-marah.
Kesimpulannya adalah bahwa
mencintai bukan permasalahan sederhana yang mampu di fahami dengan
kesamaan-kesamaan semu seperti itu. Memang ada beberapa orang yang bertemu lalu
menikah karena satu hobi. Namun mereka tentu tetap mempertahankan segala
perbedaan yang menjadikan mereka unik.
Marilah memulai lagi memaknai
cinta yang seringkali dengan egois kita mendefinisikannya sesuai denga
kebutuhan. Jika kita mencintai kekasih yang ada disamping kita sekarang,
janganlah mengharapkannya menjadi seperti apa yang kita mau. Jika sampai
demikian, maka kita hanyalah mencintai bayangan kita sendiri. Itulah yang tidak
disadari oleh sebagian besar pecinta. Sudah saatnya kita mencintai
pribadi-pribadi yang diciptkan oleh Allah dengan sangat unik, sesuai
spesifikasinya masing-masing.
Yang perlu diingat adalah, pada
setiap orang terdapat sifat baik dan buruk. Memang siapa yang menginginkan
sifat buruk menghinggapi kekasih impian kita? Kita mesti merubahnya. Itu memang
diperlukan demi kesempurnaan cinta kepada kekasih, bahkan jika itu tidak
dirubah, maka suatu saat sifat itu bisa memisahkan mereka yang sedang jatuh
cinta. Misalnya cowok yang pakaiannya selalu tidak rapi, mendapatkan cewek yang
suka memperhatikan penampilan, ya si cowok harus nurut dalam masalah kostum
sehari-hari. Yang pasti, kita mesti bersabar kepada kekasih kita. Saat kita
menemukan ‘orang itu’, maka saat itulah waktunya membangun. Perbaiki semua hal
yang bisa membuat kekasih kita mandul cintanya.
Bagaimana dengan suatu kebaikan
yang tidak disukai oleh kekasih? Misalkan hobi bermain sepak bola? Permasalahan
seperti ini harus benar-benar dibicarakan masing-masing. Logikanya adalah,
ketika kita mencintai seseorang, maka seyogyanya kita mesti mencintai setiap
detik dari kehidupan orang tersebut. Kegiatan yang bernama cinta itu tidak
seharusnya dilakukan sepihak, jika memang terjadi demikian, maka biasanya yang
mencintai akan merubah kebiasaannya demi sang pujaan hati. Hal demikianlah yang
harus di hindari. Namun, dalam hemat saya, mencintai ataupun dicintai, sepihak
ataupun tidak, jika hal itu bisa membawa kebaikan bagi diri kita dan si dia,
maka capailah cinta itu sebaik-baiknya. Jagalah cinta itu hingga suatu saat si
dia akan membuka hatinya dengan pertolongan Allah, asal di jalan yang benar.
Biodata Penulis
Fathul Qorib, lahir di Lamongan pada 20 Januari 1989. Menulis esai, cerpen, puisi, dan beberapa naskah pementasan. Ketua Forum Lingkar Pena Bangkalan 2011-2012, Ketua Studi Bahasa dan Sastra Univ Trunojoyo Madura 2010. Email : qorib.indonesia@gmail.com
0 comments:
Posting Komentar
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.