2016-04-13

First Turonggo, Fiat 124 Special


Seluruh pengalaman harus kita dapatkan. Itu adalah prinsip yang bagus untuk memahami hidup yang begitu panjang kita alami ini. Karena kebanyakan kita, tidak punya cukup kesempatan untuk mencoba, dan jikapun punya kesempatan, tidak punya cukup keberanian untuk melakukannya. Terlalu banyak pertimbangan, dalam beberapa hal, sangat tidak disarankan.

Paling tidak itulah yang mendasari pilihanku untuk menerima tawaran membeli sebuah mobil. Pilihan ini memang tidak sempurna, melihat kemampuan keuanganku juga masih pas-pasan. Namun berpengalaman memiliki mobil sangat menggodaku. Bagaimana membawanya, merawatnya, menyervicenya, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan mobil, aku ingin tahu.

Dan mobil yang aku beli ini, tampaknya sempurna. Aku tidak pernah sebangga ini melihat sosok mobil imut, keren, gagah, klasik, memukau, dan menderu dengan bangga di jalanan. Dan mungkin perlu diketahui, saat aku membeli Fiat 124 Spesial ini, tidak ada pertimbangan yang berarti. Karena seluruh kebutuhanku masihlah berkeliling menggunakan sepeda motor. Sehingga membeli mobil adalah pilihan tersier yang bisa saja membuatku terseok-seok merawatnya.

Aku tidak pernah faham sebuah mobil. Sama persis dengan waktu SMA, ketika teman-teman sudah bisa membedakan nomor 0856xxx berarti IM3 Indosat dan nomor 0813xxx adalah Simpati Telkomsel, namun aku tidak faham sama sekali. Persis juga ketika orang-orang membicarakan betapa iritnya sepeda motor Honda dibandingkan dengan Yamaha, dan betapa sulitnya merawat sepeda motor Suzuki karena harus memakai oli samping, tapi aku tak tahu sama sekali.

Jika nomor hape pertamaku adalah Indosat, HP pertamaku adalah Nexian, sepeda motor pertamaku adalah Honda Beat, maka mobil pertamaku adalah Fiat 124 Spesial Tahun 1974 ini. Namun satu-satunya kebanggaan di masa kepemilikan ini adalah yang terakhir. Karena ia adalah sebuah turonggo, dalam bahasa normal adalah kuda untuk kendaraan, namun dalam filsafat jawa, turonggo bukan hanya sekedar kuda atau kendaraan.


Turonggo malah diibaratkan sebagai salah satu prasyarat pria jawa mendapat keistimewaannya. Karena ada lima hal yang harus dimiliki oleh lelaki jawa, yaitu wismo, wanito, turonggo, kukilo, dan curigo. Wismo berarti rumah, wanito berarti istri, turonggo berarti kuda, kukilo berarti burung, dan curigo berarti keris. Turonggo di sini, bisa jadi adalah tunggangan yang membanggakan. Karena di masa lalu mendapat kuda begitu susahnya, sehingga saat ini bisa diartikan dengan kendaraan yang mahal harganya.

Namun bagi saya, harga bukan soal untuk menentukan betapa istimewanya barang kita. Lebih dari itu, keistimewaan lain harus bisa kita banggakan, selain harga. Misalnya, Fiat 124 ini keluaran tahun 1974 yang merupakan raja di jalanan waktu itu. Dengan kendaraan buatan Italia, tentunya akan sangat berbeda dengan tunggangan laiin yang berasal dari Jepang. Belum lagi bodinya yang berbeda dengan kendaraan lain di zaman sekarang sehingga semua mata akan memandangnya bila di jalanan.

Ketika kendaraan ini saya bawa di kampung, anak-anak kecil banyak berteriak bahwa Mr Bean sedang lewat. Padahal yang dikendarai Mr Bean adalah mini cooper yang tentunya berbeda dengan Fiat yang saya naiki. Ada pula komentar, ternyata kendaraan yang ada di film Marsha and The Bear ada di dunia nyata. Hal-hal seperti ini membuat saya bangga dengan turonggo yang pertama kalinya kumiliki ini.

Sebagai orang yang nggak faham sama sekali soal mobil, memiliki Fiat adalah keberuntungan. Dari pada memiliki mobil yang sudah banyak di jalanan, lebih baik menggunakan kendaraan yang sangat berbeda sehingga tahu sensasinya. Mungkin sensasinya sama dengan memiliki mobil di saat semua orang pakai sepeda sepeda motor. Jadi saat sekarang di jalanan banyak mobil lalu lalang, tak musim jika kendaraan pertama kita adalah semacam avanza, innova, atau jazz sekalipun.

Sekarang, setiap kali aku memandang Fiat ini terparkir di manapun, terlihat sekali bagaimana antiknya. Selalu saja aku ingin memfotonya, menguploadnya di instagram dan facebook.  Tetapi suatu saat, Fiat ini tak selalu harus kumiliki. Memiliki kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan adalah pikiran orang dewasa. Karena Fiat ini hanya memenuhi hasrat sesaatku saja, karena suatu saat ia harus jadi modal kerja dalam bentuk uang. Ya, suatu hari akan kugadaikan.

Paling tidak, aku sudah pernah merasakan memiliki dan merawat mobil. Merasakan dingin saat terik Surabaya membakar kepala orang-orang, merasakan hangat saat hujan mengguyur pengendara sepeda motor. Jadi, semua ini adalah karunia dari Tuhan yang tak bisa kutaksir harganya. Terimakasih, Tuhan, karena setiap pengalaman yang Kau berikan membuatku semakin bahagia.

2016-04-04

Menjadi Penulis Terkenal


Menjadi penulis terkenal adalah cita-cita yang menggiurkan bagi –minimal- seseorang yang hobi membaca. Orang yang suka membaca kebanyakan bercita-cita bisa menulis sebagaimana buku yang dibacanya. Namun demikian, sampai saat ini masih banyak orang yang akhirnya galau karena menjadi penulis buku terkenal demikian sulitnya.

Menjadi penulis terkenal bukan soal tulisannya bagus atau tidak bagus. Banyak penulis yang bermodalkan kemampuan menulis pas-pasan lalu memiliki jaringan luas tak terbatas dalam bidang ini sehingga bukunya diberi gelar best seller. Maka dari itu, diperlukan tips dan cara agar seorang penulis pemula bisa menapaki jalan menjadi penulis terkenal.

Tips yang akan saya tulis, tidak akan membuat kepala pening. Ya saya bisa jamin. Mungkin saya belagak seperti AS Laksana yang memiliki tips-tips jitu dalam bukunya. Sebuah tips realistis, bukan fatamorgana. Maka demikianlah saya akan merumuskan beberapa cara agar seseorang bisa menerbitkan buku dan menjadi terkenal.

Pertama : Membaca

Untuk menjadi seorang penulis, tentunya kita harus banyak membaca. Itu adalah rumusan yang setiap hari kita dengar. Dan suatu rumusan yang dibenarkan oleh seluruh manusia di bumi ini, kalau tidak dilakukan, maka kita tidak akan mendapat manfaat apapun. Rumusan tinggal jadi rumusan. Karnea itulah, mulai sekarang membacalah.

Apa yang harus dibaca? Segala hal yang menarik hati. Hal ini bisa kita mulai dari genre. Seorang anak SMA mungkin akan lebih menyukai novel bergenre tenlet atau checklit. Novel ini bergaya anak muda banget, lu gue, dan biasanya penuh drama yang menguras emosi. Seorang mahasiswa, bisa jadi lebih menyukai novel yang agak dewasa sedikit. Atau menyukai novel sastra yang memiliki logika bebas beraturan.

Apapun buku yang tulisan yang kita baca, akan membawa manfaat yang luar biasa. Saat kita membaca novel detektif, kita akan memiliki keinginan menulis novel detektif. Saat membaca novel dongeng, kita akan merasa bisa menulis novel dongeng. Saat membaca roman percintaan atau novel sejarah, kita juga akan memiliki keinginan menulis ke arah sana. Tidak peduli bagaimana memulai, mulai saja.

Beberapa orang akan membenci saat kita membaca novel teenlet yang dikelompokkan dalam genre sinetron cemen. Atau orang akan sinis dan wow saat kita membaca novel milik pramoedya, ahmad tohari, ayu utami, atau novel-novel sejenis. Biasanya, seorang penulis yang baik, juga seorang pembaca yang hebat. Bila kita serius membaca, kata-kata akan mengalir demikian mudahnya sehingga tidak ada istilah mandeg jegrek dan kehilangan kata-kata untuk dituliskan.

Kedua : Ikuti Lomba Menulis

Setelah banyak membaca dan sedikit-sedikit menulis, selayaknya bila kita mengikuti perlombaan. Perlombaan menulis saat ini sudah banyak, mulai dari yang tak berhadiah hingga hadiah jutaan. Untuk pemula, hal ini bisa dijadikan semangat. Karena ada beberapa karakter perlombaan yang pemenangnya akan diikutkan untuk antologi. Sehingga sambil belajar menulis, kita menang kemudian sudah punya buku. Semakin banyak ikut, kesempatan menang semakin besar. Itu saja yang perlu dipegang.

Perlombaan yang bisa menjadi ajang belajar adalah penulisan short story. Kalau cerita yang sangat pendek, biasanya menjadi flash story. Ikutlah lomba di blogger, facebook, atau komunitas-komunitas, terlebih dahulu. Jika beberapa kali ikut kemudian tidak menang, jadikan pelajaran. Karena biasanya perlombaan disesuaikan dengan tema. Sehingga tema ini akan membuat ide dalam kepala kita dengan sendirinya.

Maka semakin banyak mengikuti lomba, kita akan semakin banyak memiliki ide. Kumpulkan setiap tulisan yang disertakan dalam lomba untuk dipelajari. Maka yakin saja, belajar sambil harap-harap cemas menunggu pengumuman pemenang akan sangat menyenangkan. Karena prinsip dasarnya, semakin banyak menulis, maka kemampuan kita akan semakin terasah. Dalam waktu enam bulan saja, kita akan punya gairah kepenulisan yang luar biasa.

Ketiga : Ikut Komunitas Menulis

Di mana-mana, komunitas adalah sekelompok orang yang menyenangkan bagi anggotanya. Apalagi komunitas ini sesuai dengan hobi kita, dan sesuai dengan keinginan kita menjadi seperti mereka. Dalam suatu komunitas pasti memiliki anggota yang lebih senior, atau pembina keren yang pengalamannya melebihi anggota lain. Dalam komunitas kepenulisan, keberadaan praktisi dan akademisi kepenulisan sangat penting.

Saat penulis pemula ikut dalam komunitas, ia akan dibuat senang menjalaninya. Selain banyak support, kita juga akan nyaman karena banyak orang yang satu tujuan. Saling asah akan terjadi antar anggota komunitas. Saling memberi saran dan kritik adalah hal yang membangun. Sehingga orang yang belajar seorang diri akan lebih lama kemampuannya dari pada orang yang belajar menulis bersama-sama.

Di dalam komunitas, kita juga akan diajak untuk berkomitmen kepada tujuan kita. Saat kita kendor, ada orang lain yang menyemangati. Informasi terbaru dalam dunia kepenulisan akan cepat kita dapat. Baik tips menulis cepat dan bagus, maupun cara menerbitkan buku. Bergaul dengan orang yang hobi menulis, yakinlah bahwa kita juga akan bisa menjadi penulis.

Keempat : Buat Buku Kumpulan Tulisan

Tahap berikutnya memang agak berat saat kita melihat langsung ke sini. Namun ketika kita mengikuti proses kreatif diri sendiri sejak membaca, mengikuti lomba kepenulisan, hingga ikut komunitas menulis, maka membuat kumpulan tulisan bukan sesuatu yang sulit. Bayangkan, saat kita banyak membaca, maka kemampuan kita akan terus meningkat.

Lalu saat kita ikut 10 lomba kepenulisan, maka paling tidak kita sudah punya 10 tulisan. Kalau 5 diantaranya jelek, buang, dan buat lagi 5 tulisan yang baik. Revisi tulisan terdahulu sehingga lebih layak dibaca. Dengan punya 10 tulisan, ditambah pelatiha-pelatihan menulis saat berada di komunitas, maka setidaknya kita sudah memiliki 15 tulisan. Yang mana, 15 tulisan ini sudah sangat layak menjadi satu buku.

Saat kita selesai mengumpulkannya dalam satu dokumen, mintalah teman untuk membacanya. Tidak perlu bagus-bagus bila memang ‘bagus’ masihlah sangat jauh. Cepat lakukan proses editing, minta tolong buatkan sampul buku kepada teman yang berada di jurusan photoshop, sehinga tampillah buku kita sendiri. Lalu terakhir, cetak. Cetak, dan biarkan teman-temanmu bertepuk tangan.

Semangat ini akan terbawa dalam kehidupan. Akan membuat kita lebih optimis di dalam dunia kepenulisan. Orang sekomunitas juga akan mulai meniru jejak kita. Sementara adik kelas atau adik komunitas, juga akan menganggap kita sudah lebih jago sedikit. Dengan semangat semacam ini, membaca mutlak diperlukan, dan menulis lebih banyak juga mutlak dilakukan. Kita akan melihat dunia dengan cara yang berbeda.

Kelima : Buat Blog

Saat ini, kita bisa sedemikian mudah menyebarkan gagasan. Gagasan-gagasan kita yang sudah tertuang dalam tulisan, bisa diposting dalam blog. Tentu saja blog gratisan bila kita masih belajar menulis. Semata-mata menulis adalah pekerjaan keren sehingga orang yang terlihat sering menulis juga bisa dikatakan keren. Apalagi dengan menulis di blog, kita bisa langsung menyebarkan link tersebut ke beberapa teman di dunia maya ini.

Dengan memiliki blog, kita bisa pamer kekerenan kita sedemikian rupa sehingga semangat menulis juga terpacu. Dari pada menulis di media massa atau menulis buku, lebih mudah menulis di dalam blog karena tidak ada kurator, dan tidak ada biaya apapun kecuali secangkir kopi di warung ber-wifi. Bahkan dengan memiliki blog yang aktif tulisannya, profesionalitas kita akan terlihat. 

Kelima : Kirim Tulisan ke Media

Hal yang juga luar biasa adalah saat kita sanggup memunculkan nama di media massa. Pertama-tama memang akan sungguh teramat sulit. Tetapi orang media bukanlah orang yang bodoh. Dengan banyak pengalaman, mereka akan mempertimbangkan tulisan kita. Paling tidak, pilihlah topik-topik yang aktual dan banyak diperbincangkan saat itu.

Baik menulis puisi, cerita pendek, atau opini, aktualitas menjadi sangat penting. Bacalah karya penulis lain, juga bacalah tajuk rencana media massa yang hendak kita kirimi tulisan. Dengan begitu, kita akan tahu karakter media tersebut. Saat kita sudah tahu karakter media itu, tinggal kita sediakan tulisan yang layak dan sesuai dengan ideologinya.

Semakin sering kita menulis, semakin sering editornya melihat nama kita. Akhirnya semakin dia yakin bahwa kita penulis yang serius, dan berharap besar padanya. Orang paling suka kalau dia merasa sangat dibutuhkan. Karena itu, suatu saat, bila kita konsisten dengan tulisan layak kita, menembus media bukanlah hal yang mustahil. Di saat inilah, kita sudah siap menjadi penulis yang setingkat lebih tinggi.

Keenam : Sering Memberi Materi Kepenulisan

Mengajar juga belajar. Saat kita sudah punya pengalaman dan bisa menulis, teruslah memberikan manfaat pada orang lain. Suatu saat, ketika kita mengajar, kita bisa mendapat pengetahuan baru mengenai teknik menulis yang baik. Kesalahan-kesalahan kita di masa lalu, kebebalan di masa lalu, akan menjadi pijakan tak terduga dalam merumuskan cara menyelamatkan generasi muda dari ketidakbisaan menulis. Keren kan?

Ini adalah hal yang tidak pernah akan ditemukan oleh orang yang tidak menjadi pengajar. Bukan dalam arti yang resmi, namun menjadi pemateri dalam suatu komunitas saja sudah cukup. Dari sana, kita akan terus menerus belajar bagaimana cara menjadi penulis yang efektif. Dengan menemukan teknik itu, selain menulis kita jadi semakin hebat, kita juga bisa menjadi cahaya bagi orang lain. Di sanalah kemudian, kita akan menjadi orang yang paling baik.