2015-10-29

Jodoh



Persoalan jodoh memang demikian peliknya. Ada banyak orang yang kebingungan, baik yang pada akhirnya masih optimis dengan tuhan, ataupun yang kemudian putus asa. Diriku sendiri mengalami hal-hal yang pelik tersebut. Namun perlahan semua menjadi jelas dan aku memiliki konsep-konsep sendiri tentang cinta –dan jodoh.

Lain saya, lain pula teman-teman saya. Misalnya si Kamboja, seorang yang baik, cerdas luar biasa, menjaga agama, meski dengan kecantikan nomor 6. Perjuangannya mendapatkan jodoh luar biasa. Ia berkali-kali didekati oleh temannya. Istilahnya, dialah sosok perempuan sesungguhnya. Tidak dicintai karena penampilan fisiknya, tapi lebih karena apa yang ada di dalam kepala dan dadanya. Karena itu, siapapun yang pernah dekatnya hanya akan menganga lalu tidak sadar sudah mencintai dirinya.

Saat sudah menjalin hubungan denganku begitu serius, tiba-tiba takdir memisahkan kita lalu ia menikah dengan sosok yang kukenal hanya dari cerita-ceritanya saja. Sosok yang tentunya –alhamdulillah- secara duniawi jauh di atasku. Sekarang dia memiliki satu anak yang lucu, yang kawanku ini sangat membanggakannya. Hal itu tampak dari status dan display picturenya yang kebanyakan berisi anaknya.

Kawanku lainnya bernama Kenanga. Yang ini memiliki kecantikan nomor 8.5, kecerdasan 8.5, dan kebaikan diangka 8.5. Sungguh perempuan sempurna bukan? sudah tidak asing lagi, gadis-gadis seperti ini banyak menjadi incaran teman sendiri, kakak kelas, adik kelas, dan semuanya. Usai kuliah, ia menikah tiba-tiba dengan sosok yang tidak pernah kukenal.

Tiga tahun tidak bertemu, tiba-tiba saya mendapati dia sudah menjadi janda. Konon, mereka selesai menjalin hubungan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Ini sungguh menyakitkan, padahal semasa kuliah, dia adalah bintang. Ada kecurigaan bahwa perempuan ini dijadikan objek saja. Akhirnya ia menikah dengan teman lama yang tulus mengantarkan kemana saja ia mau. Tidak lama kemudian, perjaka beruntung ini mendapatkan gadis impiannya yang juga beruntung. Ssstt, kini ia hamil.

Kisah lain yang aneh bin ajaib adalah sosok yang teramat cantik sekali. Nilai kecantikannya berada di nomor 9.5, kecerdasan 8.5, kebaikan 8.0, kini menajdi shalihah dengan dugaan kebaikan 9.0, dan tentunya, seksi sekali. Ia adalah kumpulan dari harapan seorang lelaki yang pintar memilih perempuan. Karena ini persoalan peliknya perjodohan, maka dia yang cantik sekali ini juga kesulitan untuk mendapatkan jodohnya.

Saya kira tiga contoh teman cewekku ini dapat memberikan gambaran. Jika saudara-sudari menemukan ada anak kecil yang sudah menikah, lalu menemukan pula perempuan dan lelaki dewasa namun tidak atau belum juga menikah, jangan heran. Jangan terlalu heranlah, karena hal itu berhubungan dengan hal yang pelik ini. Dan bagi saudara-saudari yang mengalami hal ini, maka dengarlah kata Tere Liye, teruslah memperbaiki diri karena Allah (haha.... :p).

Seni Mencari Jodoh

Apakah persoalan jodoh berhubungan dengan potensi diri atau murni karena takdir tuhan? Mari kita melihat kenyataan bahwa rata-rata orang pasti pernah jatuh cinta, dan kemudian, misalnya, ia putus lalu menjadi tertutup. Ia benci dengan lawan jenis dan menganggap semua lawan jenisnya sama dengan mantan kekasihnya tersebut. Dalam hal ini, jalan satu-satunya adalah membuka hati.

Persoalan membuka hati banyak digelisahkan oleh orang-orang disekeliling saya. Kebanyakan orang-orang ini mengatakan bahwa ia sudah membuka hati, namun tetap saja tidak ada yang nyantol. Membuka hati harus dibarengi dengan sifat dan sikap yang baik, lalu mencari setiap cara yang bisa mendatangkan jodoh itu sendiri.

Percayalah, orang yang berusaha akan lebih banyak kemungkinan keberhasilan dari pada orang yang tidak berusaha.

Sifat dan sikap yang baik pun banyak diperdebatkan, padahal bukan pribadi yang sempurna yang diinginkan semua orang, tapi pribadi yang “cukup baik” saja. Salah satu sifat perempuan yang sering menjebak diri sendiri adalah suka dibohongi. Dibohongi bahwa ia cantik sekali, bahwa ia pintar, bahwa ia dewasa, pengertian, dan lain sebagainya. Pria yang paling pintar merayu, sayangnya, dia juga yang punya banyak selingkuhan.

Meskipun saya menyarankan terbuka dan melupakan masa lalu, namun beberapa pertimbangan perlu dilakukan. Kesadaran yang penuh dalam menentukan sosok yang klik juga perlu dijadikan pondasi. Percayalah, lelaki itu penuh tipu daya dan bila mendapatkan sosok yang secara fisik lebih bening dia akan berpaling meskipun sembunyi-sembunyi (kita namakan selingkuh).

Kedua adalah tetap memperhatikan penampilan, baik penampilan fisik ataupun penampulan sikap. Dalam dunia komunikasi, atau dalam ilmu dramaturgi, kita akan mengenal konsep impression management atau manajemen kesan. Dalam manajemen kesan ini, hidup manusia dibagi menjadi dua; depan layar dan belakang layar. Depan layar berarti sifat yang ingin kita tampilkan, belakang layar berarti sifat sesungguhnya.

Apakah ini berarti saya menyarankan menjadi munafik? Bukan, sama sekali bukan. Manajemen kesan ini memberikan kita pemahaman, sesuatu yang baik harus selalu kita tonjolkan –yang itu memang menunjukkan diri kita. Soal pakaian misalnya, kita pun faham bahwa bukan pakaian mahal yang membuat seseorang terlihat merona, tetapi pakaian yang pantas dan pas. Penampilan seperti jilbab, penataan rambut, make up, semakin natural semakin bagus bukan?

Inilah penampilan yang harus dijaga. Bila dibarengi dengan beberapa sifat yang menarik, wow, betapa menariknya anda. Jadi mulailah mendeskripsikan diri, kira-kira sifat baik apa yang kita punya atau tanya orang lain sifat baik yang kita miliki. Setelah mendapatkan sifat baik itu, cobalah lebih mendominasikan segala aktivitas kita pada sifat tersebut.

Berikutnya adalah realistis dan menerima apa adanya. Usaha yang telah kita lakukan, pada akhirnya akan menemukan realitasnya. Tidak semua orang akan berhasil, begitu pula tidak semua usaha kita akan sia-sia. Pasti ada yang berhasil, paling tidak berhasil membuat kita faham bahwa kehidupan itu kadang brengsek, kadang sangat brengsek.

Saat semua usaha kita menjadi gelap, cobalah untuk bernafas dalam-dalam. Meneliti lagi ketidaksempurnaan yang kita miliki. Mungkin kata Tere Liye benar, setelah kita ke sana kemari mencari sosok yang pas di hati, dan tidak dapat, sudah saatnya mengubah pandangan kita. Barangkali sahabat terdekatmu adalah jodohmu.

2015-10-20

Mengakhiri Kegelisahan


Beberapa kali aku temui pengamalan-pengalaman yang membentukku lebih baik. Pada perjalanan itu, aku merasa bahagia, merasa bangga, merasa beruntung, merasa tersayat, merasa sedih berkepanjangan, dan sebagainya. Namun banyak hal yang kita tidak tahu. Seringnya kita lebih merasa tertekan dan menjadi bulan-bulanan orang lain. Apakah semua ini normal? Ya tentu saja.

Pada perjalananku yang ke sekian ini, aku menjadi wartawan untuk yang kedua kali. Masa pertama adalah adalah menjadi wartawan cetak di Papua, dan sekarangmenjadi wartawan online di Malang. Keduanya adalah soal jurnalis yang secara ideologis tidak pernah aku pikirkan. Tetapi keduanya memiliki tekanan tersendiri yang membuatku harus belajar. Sungguh belajar.

Ketika masih menjadi wartawan Cenderawasih Pos, rasa-rasanya banyak beban yang mesti kutanggung. Menjadi wartawan media besar yang satu-satunya dipercaya oleh masyarakat membuat seluruh mata tertuju pada kita. Kesalahan sedikit saja akan membuat kita dicemooh, dicaci, dan disomasi. Dan sayangnya aku pernah melakukan kesalahan besar hingga kekerasan psikis terjadi terang-terangan, meskipun gagal berlanjut ke fisik.

Tetapi bukanlah sebab-sebab seperti itu aku keluar dari Cenderawasih Pos. Aku selalu menempatkan sesuatu yang lebih keren sebagai tujuan sebelum meninggalkan masa lalu. Sehingga tidak mungkin gara-gara hal itu aku memutuskan keluar. Lebih dari segalanya, mimpi masa lalu memanggil. Aku harus keliling Asean, dan lagi, aku harus mengejar pendidikan masterku. Ini adalah sesuatu yang keren.

Setelah menjalani segala hidup yang sesuai dengan keinginanku, akhirnya aku secara tidak sengaja menjadi wartawan versi dua. Aku bertemu teman dari temanku, yang mengajakku bergabung dalam media online yang wilayahnya adalah Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu). Media ini bernama malangvoice.com yang berisi orang-orang hebat kedua setelah komunitasku dulu : Arbimapala.

Tekanan berikutnya sebagai seorang karyawan-jurnalis membabatku. Aku kelimpungan dengan tanggung jawab dari kantor, yang pada saat sama aku ingin benar-benar fokus pada studi masterku. Aku tidak bisa memilih, dan aku masih yakin bahwa keduanya dapat kulakukan meski dengan target standart. Sampai tiga bulan ini, semuanya berjalan mengambang. Kuliah jarang fokus, dan berita keteteran.

Empat orang wartawan Malang Voice memang luar biasa. Dengan target 12 berita, mereka mampu memenuhinya dengan kualitas yang tidak meragukan. Rasa-rasanya saya sulit mendapatkan partner yang berkeinginan mencari berita seserius mereka, lalu menulis dengan cepat sesuper mereka ini. Karena itu, aku sungguh-sungguh belajar. Dan aku pada akhirnya merasa beruntung karena masuk dalam lingkungan mereka, bukan pada media lokal lain yang mengerikan.

Sampai suatu hari aku harus berdialog dengan Pimpinan Redaksi  karena suatu alasan penting. Ia tidak berharap aku menjadi “virus” dalam perusahaan yang dicintainya itu. Kesempatan bahwa aku diperbolehkan kuliah dengan syarat tetap menulis berita begitu sulit kujalankan. Itulah yang membuatku lumpuh. Target berita di hari Sabtu dan Minggu jarang kupenuhi sehingga atasan menjadi gerah.

Terlebih mengejutkan, setiap Sabtu-Minggu aku kuliah, wartawan lain menjadi “malas” kirim berita. Begitulah pimpinan redaksi menganalisis. Aku seakan menjadi virus yang mempengaruhi pikiran wartawan lain untuk tidak menulis berita. Jika kantor memberikanku kelonggaran, kenapa wartawan lain tidak? Mungkin seperti itu, namun hati orang siapa yang tahu.

Demikianlah pikiran demi pikiran menggangguku. Saat aku berusaha memenuhi target berita selagi aku kuliah, kesalahan data membuatku dimarahi pimpinan redaksi. Tentu saja hal ini tidak bisa ditolelir. Aku marah pada diriku sendiri, aku marah kepada apapun yang tidak bisa kulakukan. Kemungkinan inilah batasku, meski aku masih bisa terus mencoba. Tapi apakah percobaanku penting bila mengorbankan banyak orang?

Pada suatu Sabtu dan Minggu, aku memesan segelas besar Es Kopi di dekat kampus usai kuliah. Aku memandang segala sesuatu lebih bijaksana. Mengapa harus aku pertahankan sesuatu yang membuatku bimbang. Mengapa harus selalu menjadi mimpi buruk sesuatu yang bisa aku lepaskan. Keputusan kudu diambil demi menjalani mimpi kita sendiri. Biarkan masa lalu kita membesarkan orang lain supaya tidak mengerdilkan diri sendiri.

Karena seringnya kita hidup berada dalam mimpi orang lain, dan orang lain hidup dengan mimpi kita. Aku sudah mengambil keputusan untuk memusnahkan kegelisahanku ini. Keluar dari malangvoice tidak terelakkan lagi, menunggu minggu depan; rasanya antara tidak sabar dan penuh kekhawatiran, rasanya seperti makan soto ayam pedas dengan teh panas. Membuat kepala cedut-cedut, tapi selepas itu lega.