![]() |
bagaimana jika dari manusia mereka belajar sebuah kebencian? |
Banyak hal yang dapat dipelajari dari manusia,
kebaikannya, atau keburukannya. Tapi sekelompok kera cerdas ini, lebih banyak
belajar tentang kebencian dari manusia dari pada sisi lainnya. Sekelompok kera
(Apes) ini menyebut diri mereka sebagai bangsa kera, belum bersifat kerajaan,
namun sudah mulai membentuk aliansi antar kera yang kuat, solid, dan penuh
percaya diri.
Tentu pembaca sudah dapat mengingat bagaimana
film Rise of The Planet of the Apes 2011 ini hendak membuat obat penyembuh
kepada orang-orang yang memiliki penyakit alchezeimer. Dianggap sebagai
binatang yang paling dekat dengan manusia dari segi penciptaannya, kera
akhirnya dipilih untuk dijadikan “kelinci percobaan”. Inilah yang disebut Koba
–salah satu tokoh antagonis kera- sebagai human
work.
Garis besar dari film ini sebenarnya sangat
sederhana, yaitu bagaimana jika bangsa kera menginvasi bangsa manusia? Memang
semua orang ingin mengetahuinya, seandainya umat manusia ini dijajah oleh
binatang-binatang yang sebelumnya di jajah. Persis seperti imajinasi beberapa
pengarang komik yang mengisahkan bahwa di dalam neraka nanti, manusia yang suka mengadu binatang
akan diadu oleh binatang.
Dari sekuel pertamanya ini, kemudian muncul
sekuel kedua pada Juli 2014 lalu dengan judul Dawn of the Planet of the Apes.
Di sinilah, kera ini dengan jelas merepresentasikan umat manusia yang penuh
dengan pergulatan. Bahkan dari kehidupan kera di dalam hutan ini, mulai dari
membuat koloni, membuat sistem pemerintahan, peraturan-peraturan, lalu
kehidupan sosialnya, meniru umat manusia pada zaman dulu –yang pada intinya
adalah meniru umat manusia.
Namun bagaimana mungkin, Caesar, Sang Pemimpin
Apes, kemudian memunculkan statemen mengejutkan bahwa Koba hanya belajar
kebencian dari manusia? Koba merupakan sosok yang unik, komplek, dan menjadi
semacam manusia kera yang penuh dengan pengalaman buruk. Mukanya buruk rupa
karena ada jahitan di bagian muka sebelah kiri, tangannya penuh jahitan,
kakinya, dan seluruh tubuhnya. Jahitan itu, didapatnya dari manusia yang
membedah-bedah tubuhnya untuk dijadikan percobaan.
Dari pengalaman mengerikan itulah, Koba
bangkit untuk menjadi antagonis dalam sebuah film yang penontonnya manusia. Dia
menyatakan sikap perang terhadap manusia, tidak mau berdampingan, dan siap
kehilangan segalanya untuk memusnahkan manusia. Kalau mau jujur, dalam bangsa
kera (dan seluruh binatang lainnya), tentu Koba-lah yang akan menjadi pahlawan.
Karena dunia binatang tidak mengenal memaafkan, hanya ada balas dendam dan
mempertahankan kekuasaan.
Pemikiran Koba yang tidak bisa diterima oleh
pemimpinnya yang menjadi tokoh utama, Caesar, akhirnya melahirkan sifat
pengkhianat dan kelicikan pada dirinya. Tepat ketika manusia datang ke pedalaman
Hutan Muir untuk mencari sungai dan sumber PLTA, konflik dimulai. Para manusia
yang tersisa ini, adalah yang selamat dari virus Simian Flu yang penyebarannya
dibantu oleh para kera, namun pembuatnya sendiri adalah manusia di GenSys
(ingat sekuel pertama).
Satu anak kera mati ditembak, lalu suarannya
membahana ke seluruh hutan sehingga puluhan kera lain berdatangan mengerumuni
lima manusia ini. Caesar berdiri paling depan, berdiri, pandangannya menelisik
dalam membuat manusia gentar; kera macam apa yang dapat membuat gelagat sebaik
itu. Caesar kemudian mengeluarkan kata : Pergi. Sang manusia terkaget-kaget,
caesar mengulangi perkatannya menjadi sebuah perintah : pergi.
Caesar lalu memerintahkan Koba untuk mengikuti
perjalanan manusia itu, untuk mengetahui dimana mereka bersembunyi. Setelah
mereka kembali dan tahu persis tempat persembunyiannya, Koba tidak bisa
bersabar untuk menghabisi manusia yang tersisa. Namun Caesar dengan
kebijaksanaan seorang manusia mengatakan bahwa jika mereka berperang, maka apa
yang telah dibangun akan seluruh rusak. Dari sini, Koba dan Caesar mulai
berseteru, namun Koba tahu bahwa dia tidak bisa mengalahkan Caesar.
Kebencian
Bermula dari kebenciannya dengan manusia
inilah, Koba akhirnya nekat melakukan segala cara. Lalu dengan modal mencuri
sebuah senjata api dan topi manusia, Koba menyelinap di kejauhan dan menembak
Caesar yang sedang merayakan kelahiran anak keduanya, sekaligus kesembuhan
istrinya. Caesar sempat melihat Koba, namun ia tak sempat berbicara apa-apa
karena timah panas langsung menembus dadanya hingga terjatuh ke jurang.
Invansi ke daerah manusia akhirnya terjadi di
bawah komando Koba. Beberapa kera yang tidak mengikutinya kemudian dipenjara,
lalu satu kera dibunuh oleh Koba dengan dijatuhkannya dari menara. Blue Eye,
anak dari Caesar menyadari bahwa Apes mengikuti Koba karena ketakautan. Padahal
satu pantangan yang ditekankan oleh Apes adalah, Apes not Kill Apes. Dengan
melakukan pembunuhan terhadap kera inilah, Koba akhirnya tidak diakui sebagai
kera oleh Caesar dan bangsanya.
Setelah semua selesai, perseteruan antara kera
dan manusia, perseteruan antara kera dengan kera, akhirnya Caesar termangu. Ia
dikelilingi seluruh anak buahnya, dan kepada bue eye ia berkata bahwa : Aku
selalu berfikir, kera lebih baik dari manusia, tetapi sekarang aku tahu betapa
miripnya kita dengan manusia. Kemiripan itu adalah dari segi ketamakan,
kebencian, pengkhianatan, egoisme, dan lain sebagainya, hingga menyebabkan
koloni yang dibangun hilang.
Tampaknya memang manusia penuh dengan
kebencian di dalam hatinya. Jika kita lihat film ini, perjuangan antara Koba
dan Caesar, maka kita akan melihat wajah kita sendiri. Kera Koba dalam aksinya,
ternyata mewakili sekian banyak manusia yang rela melakukan apa saja demi
mewujudkan ambisinya.
0 comments:
Posting Komentar
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.