Aku berjalan ke sana-kemari
dengan tujuan yang hanya bisa difahami oleh laptopku. Bertemu orang-orang yang
menyamakan aku dengan seluruh orang yang pernah di temuinya. Melakukan
perjalanan jauh, dari satu ke kota, maka kau tidak akan asing dengan beberapa
orang yang sok tahu, sok bahwa kau bukanlah apa-apa dibandingkan dia. Seluruh
apa yang kau lakukan, mungkin akan membuatnya kagum, namun itu sebentar saja,
karena yang dikaguminya adalah dirinya sendiri.
Namun dari kesemuanya, yang dengan
serius harus kutanggapi adalah tentang pikiran mereka mengenai backpacker.
Sebelum membaca, perlu kau tahu bahwa inilah definisiku. Bukan definisimu,
definisi mereka, ataupun definisi kamus yang perkasa. Mengapa pikiran mereka
tentang backpacker begitu menggangguku? Karena aku berbeda, setiap orang yang
melakukan perjalanan itu berbeda. Jadi jangan menyamakan aku dengan orang lain,
atau orang lain denganku. Karena orang lain yang benar-benar melakukan
perjalanannya tidak akan mau di samakan denganku.
Ini tentang definisi. Kau
mestinya sangat sering mendengar seseorang berseru aku ini backpacker, sudah
pernah mengunjungi ini itu, di sini di situ. Aku terganggu sebenarnya jika
ada seseorang mengaku seorang backpacker
di hadapanku, dan tidak ambil pusing jika ada seorang menamakan dirinya traveller.
Mengapa backpacker, mengapa
traveller? Aku mengartikan backpack
itu sebagai sesuatu yang antik, berbeda dengan travel. Seorang backpacker akan
hidup dari apapun yang ada di punggungnya, di dalam tasnya. Mengambil makan
dari sana, mencari hidup dari sana. Seorang backpacker mengincar destinasi-destinasi yang tidak pernah
kau fikirkan, yang asyik menurut dia sendiri, yang tidak semua orang merasa
harus ke sana. Backpacker melakukan perjalanan untuk tujuan yang sederhana,
yaitu melakukan perjalanan. Inti yang selalu ada di kepalaku adalah, ini adalah
tentang perjalanan, bukan tentang tempat tujuan. Tempat yang eksotis merupakan
nilai plus atas keberuntungan kita.
Salah satu kriteria perjalananku
adalah begini. Dalam perjalananku, sering orang bertanya : pernahkan anda ke tempat ini, ke tempat itu? Dan tempat yang
ditujukan pastinya adalah tempat wisata. Betapapun cantiknya tempat wisata, aku
yakin di sana banyak sekali kebohongan. Karena di dunia ini penuh dengan orang-orang
egois yang tidak bisa membiarkan orang lain menikmati kehidupan ini dengan
gratis. Anda tahu saya? Saya adalah backpacker yang tidak ingin mengunjungi
tempat wisata, mengapa begitu? karena aku hidup dari perjalananku, dan aku
hidup untuk perjalananku. Aku tidak mengurusi tempat wisata.
Di tempat wisata, orang-orang
tersenyum manis sambil menawarkan marchendise
seharga 1.000 menjadi 15.000. Ini bukan perdagangan, ini penipuan. Kau tidak
suka dengan yang ada dalam pikiranku? sinislah.
Orang-orang di tempat wisata, menawarkan perahu seharga ratusan ribu kepada
orang asing. Semakin asing orang itu, maka harga akan semakin mahal. Kejadian
ini persis penipuan yang dilakukan oleh supir-supir angkot dan becak di
pelabuhan dan terminal. Orang asing selalu bisa di tipu dengan mudah. Betapa
banyak keluh kesah yang timbul ketika kita kembali ke kota asal dan mengetahui
harga sebenarnya.
Aku membenci tempat wisata di
tempatmu berada. Aku pernah hidup di rawa-rawa, aku pernah hidup di pegunungan,
aku pernah hidup di lembah, aku pernah hidup di pesisir pantai, aku pernah
hidup di perkotaan, aku pernah hidup sepanjang malam, aku juga pernah hidup
sepanjang siang. Lalu apa lagi yang ku cari kalau tidak kedamaian? Sedangkan
kau dengan pongah dan bangga menawarkan tempat wisata kepadaku, bukan
menawarkan kedamaian.
Seorang backpacker, berbeda
dengan seorang traveller. Kau pernah mendengar ada Agen Backpacker? Tidak. Yang
ada di kotamu adalah Travel Agen. Karena yang menyukai tempat yang disukai
pebisnis adalah seorang traveller.
Jika anda seorang pegawai kantor,
entah swasta atau negeri, lalu mengumpulkan uangmu dari tabungan dan membawanya
untuk menikmati pulau sempu, eksotisme gunung semeru, atau menariknya suku Baduy,
maka aku akan menyebutmu sebagai traveller.
Sesimpel itu sebenarnya. Jika anda memiliki uang tiga juta lalu anda terbang ke
Singapura, menjelajahi negeri itu dan ke negeri-negeri di sebelahnya, maka aku
menyebut anda sebagai traveller
meskipun anda berhemat-hemat dan tidur di hostel kelas backpacker. Jika anda
datang ke rumah saudara atau sahabatmu di Sulawesi, lalu mereka mengajakmu
keliling toraja, bantimurung, dan tanjung bira, maka aku menyebutmu traveller. Kecuali anda membawa uang
satu juta, lalu anda datang ketempat-tempat wisata, dan saat uangmu habis tapi
pantang bagimu mengambil di ATM dan memilih bekerja demi uang untuk pulang,
maka aku acungkan jempol kepadamu, lalu aku akan menyebutmu backpacker.
Backpacker hidup dari tempat yang
ia pijak. Ia hidup tidak jauh dari ranselnya. Jika anda hidup dari ATM atau bos
tempatmu bekerja, silahkan sebut dirimu sebagai traveller. Aku tidak ada
masalah dengan itu.
0 comments:
Posting Komentar
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.