Mahasiswa
disini dilarag sombong juga dilarang memiliki ekspektasi yang besar terhadap
dirinya sendiri. Menjadi mahasiswa yang baik tentu akan menyenangkan karena
akan mendapatkan pelayanan yang gratis dan bersahabat. Hari ini, tiba-tiba
semua yang pernah kukenal menampakkan keadaan sesungguhnya mengenai apa yang
telah, sedang, dan akan terjadi kepada mahasiswa yang sering mengalami
permasalahan yang sama denganku hari ini : komplain nilai yang tidak akur.
Memang
menjadi orang yang tidak setara itu merepotkan, apalagi orang yang kita protes
lebih tinggi kedudukannya daripada kita, yang dengan seenaknya bisa menentukan
kebijakan kepada diri kita ;kamu dipecat, kamu nakal, kamu tidak bersahabat,
kamu mahasiswa yang tidak beradab. Memang semua itu tidak terjadi kepadaku
secara pribadi, tapi mungkin dari beberapa mahasiswa yang ‘curhat’ kepada saya
bisa mengetahui bagaimana sikap beberapa dosen yang menjengkelkan.
Pertama,
saya baru sadar dengan realitas ini. Aku termasuk mahasiswa yang tidak pernah
mendapatkan masalah dengan urusan akademis. Atau kalau boleh aku berargumentasi,
aku tidak pernah mempermasalahkan apa yang sebenarnya bermasalah karena aku cenderung
percaya bahwa kedepan ku bisa memperbaiki apa yang sudah rusak. Contoh, aku Pengantar
Ilmu Komunikasi (PIK) mendapatkan nilai C, bukan C+ keatas. Aku tidak bisa
membayangkan, orang sepertiku, yang memiliki pengharapan yang tinggi kemudian
mendapatkan nilai C untuk mata kuliah dasar keilmuan yang tengah saya pelajari.
“Tapi tidak apa-apa” pikirku, toh perjalanan masih panjang. Beruntun, aku
mendapatkan nilai C lagi dan lagi, tapi saya juga berfikir “doesn’t matter”,
“no what-what” alias gak popo wes, gak
ngurus.
Lalu
saya di curhati beberapa teman-teman yang mendapatkan nilai C, D, dan B, kata
mereka “ini tidak fair”. Aku befikir, “lu kira dosen-dosen itu tidak tau
kemampuanmu?” ucapku dalam hati. Aku tidak benar-benar tahu apa mereka
sedihkan, apa yang mereka jengkelkan, dan segudang ucapan-ucapan sengit yang
dialamatkan kepada dosen-dosenku. Hm.. sekarang aku bisa merasakan itu. Baru
sekarang aku benar-benar komplain kepada dosen-dosen penguji nilai Kuliah KerjaKomunikasiku. Fikirku sederhana “apa yang membuatku mendapatkan nilai yang
tidak memuaskanku?”. Berdasarkan catatanku, nilai-nilai seperti : kejujuranku
oke, format kepenulisan sudah terbaik sesuai dengan panduan, dan lain-lain aku
lupa, tapi sudah kutulis dengan baik. Lalu aku mengikuti presentasi magang
teman-temanku juga, dan kudapati bahwa aku akan mendapatkan nilai tertentu yang
memuaskan.
Satu
minggu kemudian, nilaiku keluar. Aku kecewa, aku terpukul, orang-orang
disekelilingku yang ikut melihat juga bertanya-tanya, kenapa aku bisa
mendapatkan nilai demikian? Lalu mereka tergopoh-gopoh melihat nilai mereka di
siakad, tarara….”A, aku dapat A” “aku dapat B” “Kamu kok dapat nilai begitu
Rib?” aku menghela nafas dalam-dalam. Ada kekecewaan yang teramat besar
didadaku. “Komplain Rib” usul temen-temenku. Akhirnya, hari ini aku telah
melakukan apa yang sudah dilakukan oleh teman-temanku pada semester-semester
yang lalu, ya, aku komplain ke dosen pembimbing, dosen penguji 1 dan 2. Aku
berfikir “kenapa tidak? Baik format maupun deskripsi yang kubuat juga
mendapatkan pujian ketika presentasi. Aku yakin kalau aku akan mendapatkan
nilai maksimal”
Hasil
akhir menyebutkan bahwa cara presentasiku yang melemahkan diriku sendiri, aku
tercengang. Juga menyalahkan aku yang dengan jujur mempresentasikan bahwa
“perusahaan yang kujadikan lokasi magang benar-benar tidak bisa menghormati
anggota marketingnya, termasuk diriku. Aku sebenarnya tidak suka kepada
perusahaan itu, namun bagaimanapun aku terus mengikuti apa yang telah
ditugaskan kepadaku dengan baik.” Jika itu merupakan kelemahanku, maka apa arti
kejujuran yang dimaksud oleh KRITERIA NILAI tersebut? diam-diam aku melirik
kriteria nilai untuk ujian magang, tidak ada kriteria presentasi disana. Lalu?
Saya
kesal. Sebagaimana mungkin yang tema-teman rasakan. Barangkali ada yang
merasakan hal yang sama, atau bahkan tidak merasakan hal itu sama sekali.
Akhirnya, sebagai mahasiswa komunikasi, terserah anda mau menilai dosen kita
seperti apa. Aku telah memiliki penilaian tersendiri yang akurat. Pesan
terakhir dari dosenku tadi “jangan terlalu percaya diri”. Aku tersenyum kecut.
8
Februari 2012
0 comments:
Posting Komentar
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.