Mencintai itu semakin rumit,
apalagi zaman sekarang antara pacaran dan cinta tidak bisa dibedakan. Cinta
dipaksakan sebagai sebuah ungkapan yang kosong. Dan bukan sebuah kebetulan jika
tersangka dari semua kebohongan cinta adalah laki-laki. Diakui ataupun tidak,
laki-laki lebih mudah jatuh cinta dibandingkan perempuan, dan pada saat
bersamaan, laki-laki lebih sulit menjalin komitmen jangka panjang (pernikahan)
dari pada perempuan. Lihat betapa lemahnya cinta yang dimiliki oleh seorang
laki-laki.
Perempuan dan laki-laki, sering
kita menyebutnya sebagai lawan jenis.
Penyebutan ini bukan sembarangan, karena memang sifat antara laki-laki dan
perempuan berlawanan sudah sejak mereka diciptakan. Ambil contoh yang paling
mudah, perempuan konon disebut sebagai “makhluk yang cerewet”. Jika ada kata
“cerewet” maka pasti dihubungkan dengan perempuan. Kalau ada laki-laki cerewet,
maka kita akan menyebutnya sebagai lambe
wedhok (mulut perempuan). Mengapa terjadi demikian? Kita bisa melihat hal
ini dari dua aspek, pertama dari ilmu para tetua jawa, kedua dari neurologi
(per-otak-an).
Pertama dari segi filsafat jawa. Perempuan berasal dari siti Hawa,
berakhiran huruf “WA” yang kita pasti membuka mulut lebar-lebar jika
mengucapkan kata “HAWA”. Berbeda jika kita melihat kakek buyut dari kaum
laki-laki. Nabi Adam di akhiri dengan huruf “M” yang mengharuskan kita menutup
mulut rapat-rapat. Hubungan ini kemudian menimbulkan kepercayaan yang sangat
serius dikalangan orang jawa, yang akhirnya berkesimpulan bahwa perempuan
memang suka bicara. ^_^
Kedua dari neurologi. Hasil dari pemindaian otak manusia dapat
dilihat bahwa perempuan memiliki kemampuan yang tinggi dalam pengolahan bahasa
dan bicara dari pada laki-laki. Secara sederhanya, perempuan memang “membutuhkan”
untuk mengeluarkan kata-kata sebanyak 6.000-8.000 kata sehari dengan masih
menambahkan 2.000-3.000 suara-suara pendukung komunikasi, lalu masih mampu
menambahkan lagi nonverbal communication
sekitar 8.000-10.000. Bandingkan dengan laki-laki yang otaknya hanya mampu
menyediakan 2.000-3.000 kata perhari. Apa yang sedang anda pikirkan ketika
mengetahui hal ini?
Yang perlu saya tekankan adalah
bahwa perempuan banyak bicara bukan merupakan kelemahan. Jadi hal ini jangan
dijadikan olok-olok bagi laki-laki kepada perempuan. Begitu pula kaum
perempuan, jangan merasa terhina jika di katakan banyak bicara, itulah sifat
dasar perempuan yang memang tercetak didalam otaknya. Bagaimanapun, fakta
berbicara bahwa laki-laki yang pedal
(dyslexia) jauh lebih banyak dari
perempuan, dan dalam usia yang sama, perempuan lebih cerdas 3% dari laki-laki.
Kita akan membahasnya lebih lanjut di seri berikutnya.
Dari sini kita bisa mengetahui
mengapa perempuan sering tidak mendapatkan laki-laki yang bisa mendengarnya
dengan baik, begitupula mengapa laki-laki selalu mendapatkan perempuan yang
cerewet. lalu muncul pertanyaan di kalangan perempuan, “why men don’t listen?”. Hal inilah yang kadang menjadikan kegagalan
dalam berkomunikasi.
Hal lain yang berbeda dalam hal
“bicara” ini adalah tujuan mereka melakukan pembicaraan. Dalam beberapa buku
psikologi, hal ini dikaitkan dengan kebutuhan berkomunikasi manusia purba zaman
dahulu. Seorang laki-laki yang bertugas berburu, pasti tidak akan berbicara
banyak karena takut hewan buruan lari. Jadi mereka berbicara hanya seperlunya,
dan biasanya hanya tentang mencari solusi-solusi. Sedangkan perempuan bertugas
menjaga anak-anak dan gua sebagai tempat tinggal, sehingga mereka menjalin
komunikasi antar tetangga untuk menjalin sebuah hubungan.
Jadi, ketika seorang perempuan
sedang berbicara kepadamu mengenai permasalahan hidupnya (curhat), maka bukan
berarti dia sedang mengeluh dan meminta solusi, tapi karena mereka percaya
kepadamu. Jika sudah begitu, anda sudah berhasil mengambil hati perempuan
tersebut, tinggal selangkah lagi, dia akan jatuh pada anda.
Dalam hal ini terkadang ada
permasalahan yang serius. Perempuan lebih banyak merasa bahwa laki-laki selalu
ingin benar sendiri. Perempuan juga merasa laki-laki suka memutuskan
pembicaraan dan tidak membiarkan si perempuan mengajukan pendapatnya sendiri. Hal
ini terjadi ketika laki-laki dengan sok
memberikan solusi-solusi yang dikiranya itu adalah sebuah jalan keluar. Padahal
si perempuan hanya ingin didengar, itu saja, begitu sederhana, sekaligus rumit.
Sebenarnya hal ini lebih kompleks
dari yang saya ketahui dan saya tuliskan disini. Namun semoga gambaran kasar
tersebut memberikan hasil yang baik dalam menjalin hubungan kita.
Dari sini kemudian muncul
pertanyaan lain, meskipun tidak banyak bicara, mengapa laki-laki suka
berbohong? Lalu pertanyaan bagi lelaki kepada para perempuan, mengapa perempuan
selalu bisa menyebutkan kesalahan pria secara terperinci? Kita akan membahasnya
di seri berikutnya.
0 comments:
Posting Komentar
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.